Kedua, memelihara kepercayaan dan tidak saling membuka rahasia. Untuk menciptakan keluarga yang harmonis, suami-istri harus menjaga kehormatannya sehingga kepercayaan yang ada pada pasangannya tidak luntur.
Sering terjadi, keluarga retak hanya karena suami dan istri tidak saling mempercayai.
Demikian juga rahasia yang menjadi kelemahan pihak yang satu, merupakan rahasia bersama dan msing-masing harus menjaganya dengan baik.
Ketiga, matang dalam berpikir. Orang yang dapat berpikir secara matang biasanya tidak akan tergesa-gesa dalam menghadapi suatu permasalahan.
Demikian juga pasangan suami-istri yang memiliki kematangan berpikir, mereka tidak akan mudah terkena terpaan isu dan fitnah.
Tidak sedikit pasangan suami-istri yang hancur berantakan hanya karena fitnah yang dilontarkan oleh orang yang tidak senang melihat keluarga yang harmonis.
Kematangan berpikir akan mampu menghindarkan pasangan suami-istri dari berbagai kegoncangan keluarga akibat berbagai fitnah dari orang lain.
Keempat, sabar dan rela atas kekurangan masing-masing.
Pada waktu saling ta’aruf (baca : pacaran), memang segalanya nampak serba indah dan menyenangkan, karena masing-masing saling menyembunyikan kekurangan dan kelemahan yang ada.
Lain halnya ketika sudah memasuki kehidupan berkeluarga, kekurangan dan kelemahan yang tidak diketahui sewaktu masa ta’aruf, akan bermunculan.
Menghadapi situasi yang seperti ini, pasangan suami-istri harus sabar dan rela menerimanya sebagai suatu hal yang memang harus terjadi.
Kelima, harus kerjasama menyelamatkan bahtera keluarga.
Rumah tangga yang telah didayung bersama adalah suatu institusi yang telah dibingkai secara bersama-sama dan dalam hal menyelamatkan bahtera keluarga juga menjadi tanggung jawab bersma.