mimbar

Enam teori pembentukan perilaku agresif anak-anak dan remaja, diantaranya teori insting

Jumat, 18 Agustus 2023 | 17:00 WIB
Dr. H. Khamim Zarkasih Putro, M. Si. (Dokumen Pribadi)

HARIAN MERAPI - Setidaknya ada enam teori pembentukan perilaku agresif anak-anak dan remaja, di antaranya teori insting

Agresi diartikan sebagai perilaku seseorang yang dimaksudkan untuk melukai orang lain baik secara fisik ataupun psikis.

Sedangkan perilaku agresif anak-anak dan remaja merupakan suatu keadaan emosi yang merupakan campuran perasaan frustasi dan benci atau marah.

Baca Juga: Erick Thohir tegaskan untuk bangun PSSI yang bersih, optimis dengan integritas Komite Etik dan Komite Banding

Hal ini didasari keadaan emosi secara mendalam dari setiap orang sebagai bagian penting dari keadaan emosional yang dapat diproyeksikan ke lingkungan, ke dalam diri atau secara destruktif.

Ada beberapa pendekatan yang digunakan untuk menjelaskan perilaku agresif seperti teori yang berorientasi pada masalah bawaan (internal), psikologis, ethologis, sosiobiologis, biologis, frustrasi agresi, teori belajar sosial, teori kognitif, dan teori kepribadian.

Secara berturut-turut dapat dijelaskan sebagai berikut:

Pertama, Teori Insting. Menurut teori ini, perilaku manusia didorong oleh adanya insting yaitu perwujudan psikologis dari suatu sumber rangsangan somatik dari dalam yang dibawa sejak lahir.

Menurut Prof. Dr. H. Muhammad Chirzin, M. Ag, manusia adalah komunitas tunggal, anak cucu Adam.

Baca Juga: Sisi Lain Kemeriahan HUT ke 78 Kemerdekaan RI, Es Tape dan Nasi Merah Putih Laris Manis

Jika semua manusia yang hidup sekarang ini adalah anak cucu dari dua orangtua yang sama, Adam dan Hawa, maka manusia niscaya mewarisi banyak sifat dari orangtua pertama itu melalui gena-gena—sebagai sarana yang menurunkan ciri-ciri warisan dari generasi ke generasi berikutnya.

Kedua, Teori Biologis. Semenjak Gregor Mendell melakukan penelitian tentang penurunan sifat-sifat induk kepada keturunannya, konsep genetik mulai dikenal.

Sebelumnya pandangan-pandangan tentang teori hereditas dianggap tidak ilmiah, namun dengan teori Mendel, penurunan sifat-sifat induk itu tidak lagi dianggap hanya sebagai hipotesis belaka, tetapi terbukti secara ilmiah.

Dengan penemuan Mendel ini, penelitian genetika tidak terbatas pada tumbuhan sebagaimana awal mulanya, tetapi meluas pada sifat-sifat manusia.

Ketiga, Teori Kognitif. Piaget, sebagai salah seorang pionir teori kognitif, berpendapat bahwa anak membangun sendiri pengetahuannya dari pengalamannya sendiri.

Halaman:

Tags

Terkini

'Ke-Empu-an' perempuan dalam Islam

Minggu, 21 Desember 2025 | 17:00 WIB

Doa-doa mustajab dalam Al-Quran dan Al-Hadits

Sabtu, 20 Desember 2025 | 17:00 WIB

Pesan-pesan Al-Quran tentang menjaga kesehatan jiwa

Jumat, 19 Desember 2025 | 17:00 WIB

Tasamuh dalam beragama

Rabu, 17 Desember 2025 | 17:00 WIB

Keutamaan membaca dan tadabbur Al-Quran

Selasa, 16 Desember 2025 | 17:00 WIB

Manajemen hati untuk raih kebahagiaan sejati

Senin, 15 Desember 2025 | 17:00 WIB

Tujuh kunci masuk ke dalam pintu Surga-Nya

Minggu, 14 Desember 2025 | 17:00 WIB

Peran orang tua dalam pembentukan generasi berkualitas

Sabtu, 13 Desember 2025 | 17:00 WIB

Lima pinsip dasar perlindungan HAM dalam Islam

Kamis, 11 Desember 2025 | 17:00 WIB

Keutamaan berlomba-lomba dalam kebaikan dan ketakwaan

Rabu, 10 Desember 2025 | 17:00 WIB

HAM dalam perspektif Islam

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:00 WIB

Membangun keluarga samara dalam Al-Quran dan Sunnah

Sabtu, 6 Desember 2025 | 17:00 WIB

Sepuluh sifat istri shalehah pelancar nafkah suami

Kamis, 4 Desember 2025 | 17:00 WIB

Rahasia keberhasilan dakwah Nabi Muhammad SAW

Sabtu, 29 November 2025 | 17:00 WIB

Sembilan kekhasan dan keunikan masa remaja

Jumat, 28 November 2025 | 17:00 WIB