Keluarga menjadi bagian penting dalam pembentukan dan perkembangan seorang anak.
Sebagian besar perilaku agresif remaja dikarenakan kurangnya perhatian orangtua. Tidak diragukan lagi, orangtua yang tidak peduli akan pendidikan anak-anaknya akan menyodorkan pribadi-pribadi yang rusak pendidikannya dalam masyarakat.
Baca Juga: Peruntungan horoskop Shio Ayam, Shio Anjing, Shio Babi Kamis 17 Agustus 2023 cobalah untuk bersantai
Ketiga, lingkungan pergaulan. Lingkungan pergaulan antar teman sebaya atau kelompok dengan umur yang relatif sama juga menjadi faktor penting terbentuknya perilaku agresif.
Hal ini terjadi karena sifat-sifat yang melekat pada masa remaja yang ingin dirinya menjadi bagian dari kelompok sebayanya.
Kecenderungan perkembangan pola komunikasi dengan keluarga yang semakin tidak intensif dan dorongan untuk hidup serta memiliki otoritas penuh terhadap dirinya sendiri telah menjadikan seorang remaja memiliki kecenderungan lebih nyaman berkumpul dengan teman sebaya dari pada tetap tinggal di rumah.
Keempat, frustrasi, provokasi, dan imitasi. Frustrasi ialah suatu keadaan, di mana satu kebutuhan tidak bisa terpenuhi dan tujuan tidak bisa tercapai.
Jadi orang mengalami suatu bariere atau halangan dalam usahanya mencapai satu tujuan.
Jika seseorang dalam usaha dan perjuangannya mencapai tujuan/objek terhambat sehingga usahanya gagal, maka dia disebut sebagai orang yang mengalami frustrasi.
Baca Juga: Bakti Sosial HUT ke 75 Polwan, Polwan Polres Sukoharjo Kunjungi Panti Wredha Asih
Di antara reaksi frustrasi negatif atau penyelesaian yang tidak riil dan tidak menguntungkan adalah agresi.
Kelima, faktor lingkungan. Polusi udara, bau busuk dan kebisingan serta kerumunan
(crowding) dilaporkan dapat menimbulkan perilaku agresif, tetapi tidak selalu demikian tergantung dari berbagai faktor lain.
Suhu udara yang tinggi (panas) juga memiliki dampak terhadap tingkah laku sosial berupa peningkatan agresivitas.
Pendapat senada disampaikan oleh Holford yang menyatakan bahwa kekurangan akan ruang akan mudah menimbulkan neurosis, delinkuensi, dan kekerasan
Sementara itu, Lorenz dan Leyhausen berpendapat bahwa agresivitas dan kekerasan disebabkan karena kepadatan penduduk yang tinggi.