HARIAN MERAPI - Ada lima teori pemerolehan bahasa kedua pada anak usia dini, yang mana diantaranya adalah teori behaviorisme.
Bahasa kedua merupakan bahasa yang diperoleh anak usia dini dengan rasa sadar. Bahasa kedua juga diperoleh setelah anak usia dini menguasai bahasa pertama.
Dengan kata lain bahasa kedua adalah bahasa yang diperoleh anak usia dini di luar dari lingkungan keluarga.
Baca Juga: Muhammadiyah Salatiga Bakal Sediakan Makam Muslim, Pj Walikota Langsung Telepon OPD
Mengajarkan bahasa kedua kepada anak usia dini bisa menggunakan gambar, belajar menggunakan musik dan irama, belajar dengan menggunakan gerakan tubuh,
belajar dengan menyentuh, belajar dengan merasakan, belajar dengan mencium, bermain sambil belajar, dan mengajarkan anak usia dini dengan santai.
Berdasarkan berbagai penelitian yang dilakukan ditemukan adanya beberapa faktor
yang menyebabkan perbedaan pemerolehan bahasa pada anak (termasuk pemerolehan bahasa kedua anak) yaitu:
(1) orang tua dan keluarga, (2) lingkungan baik tempat tinggal maupun pendidikan, dan (3) kemampuan individu anak.
Kefasihan seseorang dalam menggunakan bahasa kedua sangat tergantung pada adanya kesempatan untuk menggunakan bahasa kedua itu dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi pemerolehan bahasa kedua, misalnya pengaruh bahasa pertama dan bahasa kedua, lingkungan, usia, budaya dan media.
Sedikitnya ada lima teori pemerolehan bahasa kedua pada anak usia dini; yaitu:
Pertama, teori behaviorisme. Teori ini mengamati aspek perilaku kebahasaan yang
dapat diperhatikan langsung dan hubungan antara stimulus dan respon.
Perilaku bahasa yang efektif adalah membuat reaksi yang tepat terhadap rangsangan yang muncul. Reaksi ini akhirnya akan menjadi kebiasaan manakala reaklsi itu dibenarkan orang lain (guru atau orang tua).
Berdasarkan teori ini, pemerolehan bahasa kedua anak melalui: (1) pengalaman
emperis atau berdasarkan pada data yang siamati, (2) proses belajar manusia sama dengan proses belajar binatang, (3) belajar adalah pembentukan hubungan angtara stimulus dan respon, dan (4) anak menguasai bahasa melaui peniruan.
Kedua, teori nativisme. Menurut teori ini, bahasa adalah sesuatu yang kompleks dan
rumit sehingga mustahil dapat dikuasai dalam waktu yang singkat melalui peniruan.
Nativisme percaya bahwa setiap anak yang lahir sudah dibekali dengan suatu alat untuk memperoleh bahasa (language acquisition device/LAD). Semua anak yang normal dapat belajar bahasa apa saja yang digunakan oleh masyarakat sekitar.