Lima teori pemerolehan bahasa kedua pada anak usia dini, diantaranya teori behaviorisme

photo author
- Jumat, 28 Juli 2023 | 17:00 WIB
 Dr. H. Khamim Zarkasih Putro, M. Si. (Dokumen Pribadi)
Dr. H. Khamim Zarkasih Putro, M. Si. (Dokumen Pribadi)

Baca Juga: Memburu mafia tanah kas desa, masih banyak yang lolos

Apabila anak diasingkan dari pergaulan antar manusia sejak lahir, ia tidak akan memperoleh bahasa manusi pada umumnya dan tifdak mengenal bahasa manusia.

Teori akulturasi. Akulturasi adalah proses penyesuaian diri terhadap kebudayaan
yang baru.

Teori ini memandang bahwa sebagai ekspresi budaya yang paling nyata dan dapat diamati bahwa proses pemerolehan baru akan terlihat dari cara saling memandang angtara masyarakat bahasa pertama dan masyarakat bahasa kedua.

Akulturasi akan bderada pada situasi yang baik manakala: (1) anak bertada pada masyarakat tutur yang memiuliki tingkat sosial sama, (2) anak didorong untuk berakulturasi dengan budaya bahasa,

(3) budaya bahasa pertama tidak terlalu mendominasi, (4) masyarakat tutur bahasa pertama dan kedua saling memiliki sikap positif.

Keempat, teori akomodasi. Teori ini memandang bahwa bahasa pertama dan
bahasa kedua anak sebagai dua kelompok/entitas yang berbeda. Teori ini berusaha
menjelaskan bahwa hubungan antara dua kelompok bahasa anak itu dinamis.

Baca Juga: Kursus Berkuda Bisa Pilih Kuda dan Tingkatannya, Nama-nama Kudanya Persis Panggilan Seseorang

Oleh karena itu, pemerolehan bahasa kedua anak usia dini itu akan efektif jika: (1) anak didorong untuk menyadari bahwa dirinya bagian dari masyarakat tutur bahasa kedua, (2) anak dapat menempatkan diri sesuai dengan bahasa yang digunakannya, dan (3) anak tidak terlalu mengagung-agungkan bahasa pertamanya.

Kelima, teori wacana. Pemerolehan bahasa kedua anak dilihat dari segi bagaimana
cara anak menemukan makna potensial bahasa melalui keikutsertaannya dalam
komunikasi.

Prinsip-prinsip teori ini dapat dianalogikan sebagai berikut: (1) pemerolehan bahasa kedua akan mengikuti urutan alamiah, (2) orang tua aytau guru akan menyesuaikan
tuturannya untuk menyatukan makna dengan anak, dan (3) strategi percakapan
menggunakan makna dan bentuk yang dinegoisasikan sdetrta masukan yang teratur. *

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Swasto Dayanto

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

'Ke-Empu-an' perempuan dalam Islam

Minggu, 21 Desember 2025 | 17:00 WIB

Doa-doa mustajab dalam Al-Quran dan Al-Hadits

Sabtu, 20 Desember 2025 | 17:00 WIB

Pesan-pesan Al-Quran tentang menjaga kesehatan jiwa

Jumat, 19 Desember 2025 | 17:00 WIB

Tasamuh dalam beragama

Rabu, 17 Desember 2025 | 17:00 WIB

Keutamaan membaca dan tadabbur Al-Quran

Selasa, 16 Desember 2025 | 17:00 WIB

Manajemen hati untuk raih kebahagiaan sejati

Senin, 15 Desember 2025 | 17:00 WIB

Tujuh kunci masuk ke dalam pintu Surga-Nya

Minggu, 14 Desember 2025 | 17:00 WIB

Peran orang tua dalam pembentukan generasi berkualitas

Sabtu, 13 Desember 2025 | 17:00 WIB

Lima pinsip dasar perlindungan HAM dalam Islam

Kamis, 11 Desember 2025 | 17:00 WIB

Keutamaan berlomba-lomba dalam kebaikan dan ketakwaan

Rabu, 10 Desember 2025 | 17:00 WIB

HAM dalam perspektif Islam

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:00 WIB

Membangun keluarga samara dalam Al-Quran dan Sunnah

Sabtu, 6 Desember 2025 | 17:00 WIB

Sepuluh sifat istri shalehah pelancar nafkah suami

Kamis, 4 Desember 2025 | 17:00 WIB

Rahasia keberhasilan dakwah Nabi Muhammad SAW

Sabtu, 29 November 2025 | 17:00 WIB

Sembilan kekhasan dan keunikan masa remaja

Jumat, 28 November 2025 | 17:00 WIB
X