HARIAN MERAPI - Bagaimana meneladani empat sifat wajib Nabi dalam mendidik dan bekerja?
Sebagai manusia pilihan (al-mushthafa), pada diri Rasulullah Muhammad Shallallaahu’alaihi Wa Sallam terdapat sifat-sifat utama yang akan menjadi contoh yang terbaik bagi kehidupan orang-orang yang beriman, sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala:
”Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”. (QS. Al-Ahzab; 33:21).
Baca Juga: Diganjar Apresiasi, Delapan Kalurahan di Kulon Progo Ini Rampungkan Pemungutan PBB P2
Dalam mendidik dan bekerja seorang pendidik harus memiliki etos kerja yaitu seperangkat perilaku positif dan fondasi yang mencakup motivasi yang menggerakkan mereka, karakeristik utama, spirit dasar, pikiran dasar,
kode etik, kode moral, kode perilaku, sikap, aspirasi, keyakinan, prinsip dan standar. Di antara etos mendidik dan bekerja dalam perspektif Islam setidaknya ada delapan;
yaitu: (1) mendidik atau bekerja adalah suatu ibadah, (2) rahmah, (3) amanah, (4) panggilan jiwa, (5) aktualisasi diri, (6) seni, (7) kehormatan, dan (8) tugas pelayanan.
Bagi seorang pendidik, baik yang berkecimpung di dalam pendidikan informal (keluarga), formal (sekolah/madrasah), maupun non formal (masyarakat),
keteladanan yang melekat pada diri Nabi Muhammad SAW yang sering diungkapkan dengan kepemimpinsn atau keteladanan STAF (shidiq, tabligh, amanah dan fathonah) merupakan suatu imperatif yang harus diikuti dan diteladani.
Keteladanan profetik yang seperti ini akan menjadikan seseorang dalam mendidik atau bekerja akan bernilai ibadah dan berpahala di sisi Allah SWT.
Di antara sifat-sifat wajib Nabi itu disederhanakan dalam empat sifat utama yang menjadi kunci utama bagi para pendidik untuk menemukan jati dirinya, sekaligus modal utama dalam pembentukan karakter anak/peserta didik. Empat sifat wajib Nabi itu ialah:
Pertama, jujur (shidiq), satu kepemimpinan rasuli yang jujur dan benar serta terhindar dari kedustaan dan kebohongan. Segala apa yang diucapkan patut didengar dibenarkan, dan satunya antara perkataan dan perbuatan.
Kejujuran beliau tidak terkenal hanya di kalangan para sahabat, tapi juga para musuh pun mengakui hal tersebut.