HARIAN MERAPI - Berbagai penyebab agresivitas anak-anak dan remaja, di antaranya adalah stress dan deindividuasi.
Dewasa ini fenomena tindak kekerasan di kalangan anak-anaki dan remaja sudah mengarah pada tingkat yang sangat mengkhawatirkan.
Hal ini bertolak dari beberapa aksi kekerasan yang dilakukan misalnya tawuran, pemalakan, bullying, kekerasan seksual sampai kepada pemerkosaan, dan pembunuhan. Aksi kekerasan yang dilakukan sebagian anak-anak dan remaja ini merupakan bentuk dari perilaku agresif.
Baca Juga: Drive in Cinema ala Yogya, Nonton Bioskop di Atas Becak, Sambil Kulineran di Stadion Kridosono
Fenomena yang belakangan ini kerap terjadi sangat memprihantinkan, mengingat hampir semua strata kehidupan mengalami kemerosotan moral yang seperti ini.
Krisis moral yang terjadi disertai dengan pola hidup masyarakat yang semakin konsumtif,
materialistis, hedonis dan lainnya yang semuanya membuat rasa kemanusiaan, kebersamaan dan kesetiakawanan sosial semakin terkikis.
Idealnya, seorang remaja harus mempunyai dan memahami peran dan fungsi sosial yang mereka jalani. Sekarang ini banyak terdengar kasus tindakan yang mengarah pada perilaku agresif yang dilaksanakan oleh para anak-anak dan remaja.
Terdapat sejumlah faktor yang berpengaruh terhadap agresivitas anak-anak dan remaja; yakni:
Pertama, stress. Stress ialah respon atas tidak mampunya seseorang dalam menghadapi
gangguan fisik dan psikis. Munculnya stress ini dikarenakan terdapat ancaman atas kesejahteraan fisik dan psikis serta seseorang merasa bahwa ia tidak dapat menanganinya.
Timbulnya stress selain bergantung dari keadaan eksternal. Sehingga memungkinkan terdapat respon yang berlainan antar individu walaupun keadaan stresnya sama.
Kedua, deindividuasi. Deindividuasi adalah keadaan hilangnya kesadaran akan diri sendiri
(self awareness) dan pengertian evaluatif terhadap diri sendiri (evaluation apprehension) dalam situasi kelompok yang memungkinkan anonimitas dan mengalihkan atau menjauhkan perhatian dari individu.
Menurut Diener, terdapat 3 tahapan deindividuasi, yaitu: (1) Self-awareness hilang dari individu, kelompok menjadi fokus perhatian dan di identifikasi sebagai satu kesatuan,
(2) untuk menjadi sepenuhnya deindividuasi harus ada perubahan perhatian antara individu. Individu tidak melihat diri mereka secara terpisah tetapi sebagai bagian dari kelompok , dan (3) individu mengalami ketiadaan self-regulation.