Indikator kepemimpinan yang bersifat shidiq adalah memiliki integritas kepribadian, niat yang tulus karena Allah SWT, bisa berfikir alternatif, berbicara dengan benar, memiliki sikap yang terpuji, dan memiliki perilaku teladan.
Baca Juga: Populasi ikan air tawar turun, DKP Bantul tebar 32 ribu benih ikan lokal
Kedua, menyampaikan perintah (tabligh), satu kepemimpinan rasuli yang menyampaikan dan menyebarluaskan informasi atau suatu perintah yang baik, tanpa ada upaya untuk menyembunyikan untuk dirinya sendiri. At-Tabligh artinya adalah menyampaikan.
Tidak pernah sekalipun Rasulullah menyimpan wahyu dari Allah untuk dirinya atau hanya untuk keluarganya sendiri. Firman Allah SWT:
“Wahai Rasul! Sampaikanlah apa yang diturunkan Tuhanmu kepadamu. Jika tidak engkau lakukan (apa yang diperintahkan itu) berarti engkau tidak menyampaikan amanat-Nya. dan Allah memelihara engkau dari (gangguan) manusia. Sungguh, Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kafir.” (QS. Al-Maidah, 5:67).
Kepemimpinan tabligh adalah kepemimpinan yang berlandaskan kasih sayang, dengan indikator : komunikatif, transparan, membimbing, visioner, dan memberdayakan.
Ketiga, terpercaya (amanah), satu kepemimpinan rasuli yang terpercaya dalam mengemban amanat atau kepercayaan yang datangnya dari Allah SWT maupun orang lain. Al-Amanah merupakan sifat wajib bagi rasul yang sangat berperan di dalam keberhasilan dakwah.
Baca Juga: Kisah Anar Tiur Samosir, Gapai Puncak Gunung Rinjani di Usia 71 Tahun
Sifat ini begitu melekat pada para rasul. Setiap perkataan maupun perbuatan yang ditunjukkan oleh rasul sudah pasti dapat dipercayai.
Rasulullah tidak mungkin ingkar terhadap perbuatan atau ucapannya, karena tidak ada satupun perbuatannya yang terlepas dari maksud Allah SWT .
Rasulullah Muhammad SAW tidak khianat atau mengingkari janji-janjinya, sebab jika
berperilaku yang seperti itu termasuk pemimpin yang munafik dan tidak memiliki pendirian yang kuat.
Kepemimpinan yang amanah adalah kepemimpinan yang bertanggung jawab dengan indikator: terpercaya, cepat tanggap, akurat, dan disiplin.
Keempat, cerdas (fathonah), satu kepemimpinan rasuli yang cerdas dalam mengemban amanat, baik secara intelektual, emosional, moral, bahkan spiritual. Pemimpin haruslah seorang yang cerdas dan profesional.
Baca Juga: Bantu pedagang, 100 polisi Salatiga resik - resik Pasar Pagi dan Pasaraya 1, seperti ini suasananya
Ketololan dan kedunguan seorang pemimpin merupakan awal dari kesalahpahaman dari orang-orang yang dipimpinnya, yang pada akhirnya mendatangkan perpecahan dan kehancuran.