HARIAN MERAPI - Dengan puasa bisa membentuk keseimbangan hidup
Dalam tataran ideal, manusia senantiasa menghendaki adanya keserasian dan keseimbangan (equilibrium) dalam hidup dan kehidupannya.
Puasa Ramadhan salah satu cara yang ampuh untuk melakukan pembiasaan hidup yang berkesimbangan.
Baca Juga: Lebih dari 8.000 Es Krim Joyday Dibagikan Gratis untuk Buka Puasa Anak-anak di Berbagai Kota
Firman Allah SWT “Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang tengah, agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu.” (QS. Al-Baqarah, 2:143).
Dalam menafsirkan ayat ini, Buya Hamka menjelaskan bahwa umat Islam adalah umat yang menempuh jalan tengah, menerima hidup dalam keadaannya.
Percaya kepada akhirat, lalu beramal di dalam dunia ini. Mencari kekayaan untuk membela keadilan, mementingkan kesehatan ruhani dan jasmani karena kesehatan yang lain bertalian dengan yang lain.
Mementingkan kecerdasan pikiran, tapi dengan menguatkan ibadah untuk menghaluskan perasaan.
Dalam praktik ibadah, betapa ajaran Islam syarat dengan simbol-simbol kehidupan seimbang itu.
Dalam shalat, umpamanya, terjadi keseimbangan yang serasi yang menggabungkan antara gerak raga dan gerak jiwa.
Umat Islam menjadi umat yang pertengahan dan mampu menjadi saksi bagi umat-umat yang lainnya, karena mempunyai beberapa kelebihan, di antaranya:
Pertama : seimbang antara ilmu dan amal. Tidak boleh hanya menekankan pada ilmu saja, tanpa diimbangi dengan amal perbuatan yang nyata dalam kehidupan ini, sebagaimana firman-Nya:
“Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan. “ (QS. Ash-Shaf, 61:2-3).
Mengatakan sesuatu yang tidak dikerjakan, artinya seseorang hanya berkutat pada teori belaka dan berjalan di atas konsep yang kosong tanpa amaliah.