MESKI sudah ada pelaku yang ditangkap dan dibina, perang sarung terus terjadi di Yogya. Pelakunya remaja atau usia pelajar. Mengapa ini terus terjadi ? Kiranya harus ada evaluasi menyeluruh menyangkut sistem pengamanan di Yogya.
Seperti terjadi di kawasan Dlingo Bantul beberapa hari lalu, aparat Polres Bantul berhasil mengamankan 24 remaja, umumnya pelajar SMP yang sedang nongkrong dan sebagian usai perang sarung. Mereka diamankan dan belasan motor disita petugas. Selanjutnya mereka dihukum sungkem kepada orangtuanya yang sengaja dihadirkan aparat.
Kita tentu sangat mengapresiasi jajaran Polres Bantul yang menggunakan cara-cara persuasif dan humanis. Pelaku tidak ditahan, namun dikenakan wajib lapor pada hari-hari yang telah ditentukan. Pertanyaannya, apakah setelah sungkem mereka insyaf ? Inilah yang perlu dipantau. Jangan sampai mereka mengulangi perbuatannya.
Baca Juga: Pengalamn horor saat tinggal di Taiwan, jangan pernah mengambil amplop merah di jalan karena ......
Bila setelah sungkem mereka kapok, bisa dikatakan pendekatan ini efektif dan bisa diteruskan. Sebaliknya, bila ada pengulangan, berarti harus menggunakan pendekatan yang lebih keras lagi, bisa melalui kerja sosial misalnya.
Antara lain dihukum membersihkan WC umum, menyapu jalan dan sebagainya. Cara ini sebenarnya pernah diterapkan di beberapa daerah guna menanggulangi kenakalan remaja.
Hal lain yang perlu mendapat perhatian serius, para remaja itu membawa sepeda motor, padahal dilihat dari usianya mereka belum berhak membawa motor karena belum mengantongi SIM. Sehingga, tepat bila polisi menyita kendaraan tersebut dan akan dikembalikan usai Lebaran nanti. Anehnya, para orangtua banyak yang protes dan keberatan atas penyitaan tersebut.
Baca Juga: Tertua dan terbesar di Bantul, berikut sejarah dan leunikan Gereja HKTY Ganjuran
Padahal, kalau mau jujur, anak-anak berkeliaran di jalan menggunakan sepeda motor tak lain karena orangtua abai dan membiarkan mereka keluyuran. Nah orangtua yang abai ini mestinya juga mendapat sanksi. Bila anak tidak dipinjami motor oleh orangtuanya, diyakini mampu meredam berbagai aksi kenakalan remaja, termasuk perang sarung.
Nyatanya, ketika anak pegang motor, maka akan keluyuran dan melakukan perbuatan negatif. Bukan hanya membahayakan diri sendiri, melainkan juga orang lain, termasuk para pengguna jalan.
Karena itu, polisi tak cukup hanya melakukan patroli, melainkan juga memberi penyadaran kepada para orangtua yang meminjami motor kepada anaknya. Kalau perlu, orangtua yang lalai ini mendapat sanksi hukum seperti halnya sang anak. (Hudono)