Kedua, bacaan: “Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam”. Konsep bacaan hamdalah adalah
konsep syukur. Dalam kehidupan rumah tangga apabila tidak ada konsep syukur yang dikembangkan maka yang ada adalah kesia-siaan kehidupan dan kekufuran terhadap nikmat.
Hal yang wajar ketika berkeluarga harus terjamin sandang, pangan dan papan, ditambah lagi sesuatu pelengkap lainnya seperti fasilitas untuk mobilitas usaha, dan harta investasi. Yang menjadi masalah adalah ketika seseorang terjebak ke dalam konsep materialistik buta tanpa landasan, yang mengabaikan konsep ilahiah.
Ketiga, bacaan: “Maha Pemurah lagi Maha Penyayang”. Konsep bacaan Ar-Rahman dan Ar-
Rahim adalah konsep kasih dan sayang. Dengan mengagungkan asma Allah Yang Maha Kasih dan Yang Maha Sayang, sebagai aplikasi kehidupan berkeluarga juga harus menumbuhsuburkan konsep turunan dari asma ul husna tersebut.
Kehidupan berkeluarga akan menjadi gersang apabila tidak ada nilai-nilai kasih dan sayang, yang ada dan tumbuh adalah kehidupan dalam suasana hasad, hasud, iri, dengki, curiga dan kebencian.
Kata Rasulullah bahwa rumah yang bahagia adalah rumah yang tercipta seperti syurga di dunia, Baitii Jannatii, rumahku syurgaku. Saling percaya, saling terbuka, saling memberi, saling berbagi menjadi bagian kehidupan keluarga dengan sinar surgawi.
Keempat, bacaan: “Yang menguasai hari pembalasan”. Konsep Maaliki Yaumiddin adalah konsep
manajemen keluarga yang berorientasi akhirat. Suami merupakan pemimpin bagi keluarganya, istri merupakan pemimpin bagi amanah yang diberikan suaminya, dan anak merupakan pemimpin bagi fungsi dan kedudukannya.
Kesemuanya itu pasti akan dimintai pertanggungjawabannya di akhirat. Setiap langkah yang dilakukan dalam menjalankan bahtera keluarga sebagai fungsi manajemen selalu berorientasi akhirat, agar mendatangkan keselamatan dan kenyamanan hidup bagi seluruh anggota keluarga.
Kelima, bacaan: “Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami
mohon pertolongan”. Konsep bacaan ini adalah konsep pelaksanaan kewajiban baru kemudian hak, bukan pelaksanaan hak dulu baru kewajiban.
Dalam keluarga sering terjadi gesekan dan gonjang ganjing kehidupan karena tiap individu selalu menuntut hak. Suami menuntut haknya sebagai suami lupa kewajibannya sebagai seorang suami, isteri selalu menuntut hak sebagai isteri tapi lupa akan kewajibannya sebagai seorang isteri.
Banyaknya perceraian dan percekcokan dalam keluarga dikarenakan banyaknya penuntutan hak yang tidak diimbangi dengan penunaian kewajiban. Tumbuh dan berkembang kekecewaan demi kekecewaan akibat tidak terpenuhi tuntutan hak. Ingatlah sebuah pepatah, tunaikan kewajiban maka hakmu akan terpenuhi.
Keenam bacaan: “Tunjukilah kami jalan yang lurus”. Konsep bacaan Ihdinas Shirathal
Mustaqiim adalah konsep ilmu yang benar bukan ilmu berdasarkan asumsi atau anggapan. Ketika membangun bahtera keluarga tidak mungkin dibangun dengan sebuah atau beribu asumsi melainkan berdasarkan ilmu, petunjuk dan arahan. Ilmu, petunjuk dan arahan seperti apa, yang jelas adalah ilmu, petunjuk dan arahan yang membawa bahtera keluarga ke arah ketenangan dan kelanggengan sesuai arahan Sang Pencipta.
Ketujuh, bacaan: “Yaitu jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan ni’mat kepada mereka, bukan (jalan) mereka yang dimurkai, dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat”. Konsep bacaan ini adalah konsep model atau contoh aplikasi ilmu berkeluarga.
Ada tiga kelompok contoh keluarga menurut konsep ini, yaitu keluarga sukses dunia akhirat, keluarga yang dibenci dan tersesat. Masing-masing dengan segenap konsekwensinya.
Kedelapan, bacaan: “Amien”. Konsep bacaan Aamiin, adalah konsep pengharapan. Pengharapan
kepada sesuatu zat yang menguasai alam ini yaitu Allah SWT. Ketika keluarga berharap kepada Zat Yang Maha Pengabul Segala Harapan, ia akan termotivasi dan tidak akan pernah kecewa terhadap segala keputusan yang diterima.
Berbeda ketika keluarga berharap kepada makhluk yang selalu mengecewakan harapan-harapan, yang tumbuh adalah sikap apatis terhadap kehidupan dan terjebak ke dalam kehampaan kehidupan. *