Contohnya, dalam QS. Al-'Asr:3, Allah SWT berfirman: 'Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh serta nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.'
Dalam Islam, kebutuhan akan pencapaian dapat diartikan sebagai keinginan untuk mencapai tujuan yang baik dan meningkatkan kualitas diri. Hal ini sejalan dengan konsep 'ihsan' dalam Islam, yaitu berbuat baik dan berprestasi dengan sebaik-baiknya.
Kedua, motivasi intrinsik: Al-Qur'an menekankan pentingnya motivasi intrinsik, yaitu
motivasi yang datang dari dalam diri sendiri. Contohnya, dalam QS. Al-Baqarah:177, Allah SWT
berfirman: 'Bukanlah kebajikan itu kamu menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat, tetapi kebajikan itu ialah kebajikan orang yang beriman kepada Allah, hari akhir, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi...'
Dalam Islam, motivasi intrinsik dapat diartikan sebagai keinginan untuk berbuat baik dan berprestasi karena Allah SWT. Hal ini sejalan dengan konsep 'ikhlas' dalam Islam, yaitu berbuat baik dengan niat yang tulus karena Allah SWT.
Ketiga, kebutuhan akan pengakuan: Al-Qur'an juga menekankan pentingnya pengakuan dan
penghargaan dari Allah SWT. Contohnya, dalam QS. Al-Fath:2, Allah SWT berfirman:
'Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata.'
Dalam Islam, kebutuhan akan pengakuan dapat diartikan sebagai keinginan untuk mendapatkan pengakuan dan penghargaan dari Allah SWT. Hal ini sejalan dengan konsep 'ridha' dalam Islam, yaitu mencari ridho Allah SWT dalam segala perbuatan
Keempat, kebutuhan akan pertumbuhan: Al-Qur'an mendorong manusia untuk terus belajar
dan berkembang. Contohnya, dalam QS. Al-A'raf:172, Allah SWT berfirman: 'Dan ingatlah ketika
Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil
kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): 'Bukankah Aku ini Tuhanmu?' Mereka
menjawab: 'Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi'.'
Dalam Islam, kebutuhan akan pertumbuhan dapat diartikan sebagai keinginan untuk terus belajar dan berkembang. Hal ini sejalan dengan konsep 'tazkiyah' dalam Islam, yaitu membersihkan dan meningkatkan kualitas diri.
Anak-anak dengan kreativits yang tinggi sudah barang tentu akan lebih mampu untuk
memasukkan virus N-Ach pada dirinya. Keinginan untuk berprestasi merupakan pemicu utama anak-anak melakukan berbagai capaian usaha yang maksimal.
Hanya saja, pengembangan kreativitas yang tidak mendasarkan diri pada tuntunan agama (Islam) akan melahirkan pribadi yang beretos kerja tinggi tetapi miskin iman, dan hal ini sangat tidak diharapkan.
Yang dituntut sekarang ini adalah generasi muda dengan daya kreativitas yang tinggi dengan kadar keimanan yang handal. Pribadi seperti inilah yang merupakan tujuan yang ingin dicapai dalam pengembangan kreativitas dan etos kerja anak.*
Penulis : Dr. H. Khamim Zarkasih Putro, M. Si.,
Dosen Psikologi Pendidikan FITK UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,
Ketua Dewan Pendidikan Kota Yogyakarta,
Wakil Ketua Forum Komunikasi Pengurus Komite Madrasah Aliyah Se-DIY