HARIAN MERAPI - Seorang anak akan terbuka untuk mengungkapkan berbagai perasaan dan keinginannya kepada orang tua secara terbuka apabila secara psikologis merasa aman dan diterima lingkungan sosialnya.
Orang tua yang apresiatif atas berbagai keluhan dan kesulitan anak merupakan fondasi yang sangat baik bagi tumbuh-kembangnya anak menuju kepada kedewasaannya.
Prof. Dr. Arifin Abdurrahman sebagai pakar komunikasi mengatakan bahwa ada empat kebutuhan dasar dalam komunikasi anak;
Baca Juga: Tahukah Anda kandungan etomidate dalam vape ? Ini dampak buruknya pada kesehatan
yaitu : (a) kebutuhan untuk diperlakukan sebagai manusia yang layak (equity), (b) kebutuhan akan pengakuan (recognition), (c) kebutuhan akan rasa aman (security), dan (d) kebutuhan untuk dapat mengatasi kesulitan (supervising).
Orang tua harus dapat menciptakan komunikasi yang baik dengan anak-anak sehingga mereka dapat terpenuhi berbagai kebutuhan psikologisnya. Situasi yang seperti ini merupakan persemaian yang paling tepat bagi tumbuh dan berkembangnya anak secara lebih baik.
Penerimaan dari lingkungan terdekat bagi anak merupakan faktor yang sangat penting bagi tumbuh dan berkembangnya segenap potensi anak demi peningkatan diri menuju kepada pribadi yang mandiri.
Anak akan tampil sebagai pribadi yang dapat memecahkan masalah yang dihadapi (problem solver), menjadi lebih produktif dan keatif serta menjadi lebih sehat mental dan dapat mengakualisasikan diri sepenuhnya dengan penuh kehangatan.
Baca Juga: 120 Pengelola perpustakaan ikuti Jambore Literasi Kabupaten Sleman 2025 di Jaka Garong
Jadi sikap menerima yang ditunjukkan oleh orang tua kepada anak merupakan media yang sangat subur bagi perkembangan anak yang bersangkutan, termasuk perkembangan berbahasa anak.
Anak akan tumbuh lebih sehat dalam lingkungan yang sering menggunakan bahasa penerimaan. Bahasa penerimaan merupakan kunci pembuka pintu agar anak mau secara terbuka mengemukakan berbagai argumentasinya.
Keterbukaan harus ditunjukkan orang tua dengan sikap dan keterampilan untuk mendengar aktif dalam berkomunikasi dengan anak. Mendengar aktif terumana diperlukan untuk memahami masalah atau kebutuhan anak secara lebih baik.
Misalnya anak kita yang berusia tiga tahun sambil menangis berkata: “Andi jahat, mainan Adi direbut. Adi nggak mau main lagi dengan Andi”! Tanpa sikap mendengar aktif, orang tua akan merespon dengan ucapan: “Adi tidak boleh mengatakan teman jahat. Ayo minta maaf pada Andi.
Baca Juga: Lazismu DIY selenggarakan seremonial penyerahan Beasiswa Sang Surya-Batch IV
Kenapa sih kamu ini, kalau ribut lagi nanti kamu saya masukkan ke kamar mandi”. Respon yang seperti ini tergolong tidak menunjang komunikasi yang sehat, karena tidak ada usaha orang tua untuk memahamai masalah yang dihadapi anak, bahkan berceramah, memerintah sampai kepada mempermalukan serta mengancam anak.