syiar

Bagaimana cara mempertahankan nilai-nilai Ramadan usai Idul Fitri, begini menurut ulama

Selasa, 1 April 2025 | 11:00 WIB
Ketua Tanfidziyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Lampung H Puji Raharjo Soekarno. ( ANTARA/Dian Hadiyatna)

Idul Fitri bukanlah klimaks pesta, melainkan titik tertinggi umat muslim dalam merenungi apakah sudah kembali pada fitrah? Sudahkah hatinya dibersihkan dari sombong, dengki, dan lalai dari Allah?.

Akhirnya, takbir pada malam Idul Fitri juga mengajak semua umat Islam untuk terus menjaga semangat Ramadhan meski bulan suci telah berlalu.

Karena hal itu merupakan seruan agar nilai-nilai Ramadhan tidak berhenti di hari lebaran, melainkan menjadi cahaya yang menerangi langkah-langkah di sebelas bulan berikutnya.

Ia mengatakan dengan hati yang bertakbir, umat Islam diajak menjadi pribadi yang rendah hati, bersyukur, dan siap memperkuat kembali ikatan persaudaraan.

Baca Juga: Sejak H-1 hingga hari H Lebaran jumlah kendaraan pemudik yang masuk Sukoharjo mulai turun, didominasi aktivitas lokal

Takbir adalah gema ketundukan, gema kemenangan rohani yang menandai awal baru dalam perjalanan kita menuju Allah dengan jiwa yang lebih bersih.

Idul Fitri bukanlah penutup, tetapi pembuka lembaran baru dalam kehidupan seorang muslim yang menandai awal fase hidup yang lebih bersih, lebih suci, dan lebih dekat kepada Allah.

Gema takbir yang berkumandang bukan hanya simbol kemenangan, tetapi juga bisikan Ilahi yang mengajak untuk terus bersyukur dan melanjutkan amal kebaikan yang telah dirintis selama Ramadhan.

Idul Fitri seharusnya menjadi titik balik sebuah momen untuk memperkuat keimanan, menjaga integritas dalam segala hal, dan memperluas manfaat bagi sesama manusia.

Pada akhirnya, yang paling berharga dari Ramadhan bukanlah semata kenangan akan ritual-ritual ibadahnya, tetapi nilai-nilai takwa yang mampu terus hidup dan membimbing kita dalam keseharian. Inilah makna sejati dari kemenangan, bukan hanya mampu berpuasa selama sebulan, tapi mampu menjaga semangat Ramadhan sepanjang tahun.

Oleh karena itu, mari tetap menjaga semangat Ramadhan dengan terus beramal saleh, menjaga lisan, memelihara hati, dan memperbanyak syukur. Karena kemenangan hakiki adalah saat individu mampu mempertahankan nilai-nilai Ramadhan dalam kehidupan setelahnya.*

Halaman:

Tags

Terkini

Refleksi NgaSSo: dari Anak Sapi Emas ke Dewa Uang

Minggu, 19 Oktober 2025 | 06:52 WIB

Adam Turun ke Bumi, Hukuman atau Rahmat?

Sabtu, 27 September 2025 | 19:35 WIB

Kenapa Sulit Khusyuk dalam Shalat?

Sabtu, 13 September 2025 | 19:05 WIB

Bulan Muharam bulan istimewa bagi umat islam

Rabu, 25 Juni 2025 | 06:56 WIB