Keenam, berbicaralah dengan nada yang halus lagi sopan. Ucapkanlah dengan ucapan yang tidak kasar, dengan mengajaknya untuk beriman secara ramah bukan secara keras, barangkali dia mau mengambil pelajaran dan merenung, kemudian beriman atau takut dengan azab Allah, dan menghentikan kesewenang-wenangannya.
Firman Allah SWT: “Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut.” (QS. Thaha; 20:44).
Ketujuh, rendahkanlah dalam bersuara. Firman Allah SWT: “Dan sederhanakanlah dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.” (QS. Luqman; 31:19).
Dan sederhanalah kamu dalam berjalan,” maksudnya, berjalanlah dengan tawadhu'
(merendahkanh diri) dan tenang, tidak dengan angkuh dan sombong, dan juga bukan jalan pura-pura mati, “dan lunakkanlah suaramu,” sebagai etika terhadap orang lain dan terhadap Allah.
Kedelapan, jangan mengejek orang lain. Firman Allah SWT: “Janganlah kamu saling mencela satu sama lain dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik) setelah beriman. Dan barangsiapa tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim. (QS. Al-Hujurat; 49:11).*
Penulis : Dr. H. Khamim Zarkasih Putro, M. Si.,
Dosen Program Magister dan Doktor FITK UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,
Ketua Dewan Pendidikan Kota Yogyakarta,
Dewan Penasehat Paguyuban Keluarga Sakinah Teladan Nasional (KST) Provinsi DIY