HARIAN MERAPI - Iman kepada takdir adalah sumber kekuatan orang beriman. Allah SWT adalah Zat yang Maha Merajai seluruh alam semesta. Dia mengatur segala sesuatu yang ada di dalam kerajaan-Nya dengan kebijaksanaan dan kehendak-Nya sendiri.
Maka dari itu apa saja yang terjadi di alam semesta ini, semuanya berjalan sesuai dengan kehendak yang telah direncanakan sejak semula oleh Allah SWT dan juga mengikuti peraturan-peraturan yang telah ditetapkan dalam alam yang maujud ini.
Allah SWT berfirman: “Segala sesuatu itu di sisi Allah adalah dengan ketentuan takdir.” (QS.
Ar-Ra’d; 13:8).
Sebagai seorang muslim, wajib beriman kepada Qadha dan Qadar. Walaupun segala sesuatunya telah diatur dan ditetapkan oleh Allah SWT, namun manusia mukmin diwajibkan berikhtiar dan berusaha mencapai segala yang dicita-citakan demi kebahagiaan dunia dan akhirat.
Oleh sebab itu iman kepada takdir tidak boleh menjadikan orang-orang beriman itu pasrah kepada Takdir Allah, tetapi harus berjuang mencari kemaslahatan dunia dan akhirat, serta berusaha menghindari perbuatan mungkar dan maksiat.
Berikut ini ayat-ayat Al-Qur’an tentang perintah untuk beriman kepada takdir Allah SWT;
yakni:
Pertama, kunci-kunci pembuka pintu untuk mengetahui yang gaib itu hanya ada pada Allah,
tidak ada seorang pun yang memilikinya.
Baca Juga: Hati-hati, minuman manis memiliki risiko lebih tinggi dari nasi untuk sebabkan diabetes tipe 2
Firman Allah SWT: “Kunci-kunci semua yang gaib ada pada-Nya; tidak ada yang mengetahuinya selain Dia. Dia mengetahui apa yang ada di darat dan di laut. Tidak ada sehelai daun pun yang gugur yang tidak diketahui-Nya. Tidak ada sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak pula sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan (tertulis) dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuz).” (QS. Al-An’am; 6:59).
Kedua, semua aktivitas manusia dalam pengawasan Allah SWT. Firman Allah SWT:
“Engkau (Nabi Muhammad) tidak berada dalam suatu urusan, tidak membaca suatu ayat Al-Qur’an, dan tidak pula mengerjakan suatu pekerjaan, kecuali Kami menjadi saksi atasmu ketika kamu melakukannya. Tidak ada yang luput sedikit pun dari (pengetahuan) Tuhanmu, walaupun seberat zarah, baik di bumi maupun di langit. Tidak ada sesuatu yang lebih kecil dan yang lebih besar daripada itu, kecuali semua tercatat dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuz).” (QS. Yunus; 10:61).
Ketiga, semua bencana dan malapetaka yang menimpa permukaan bumi, seperti gempa bumi,
banjir dan bencana alam yang lain serta bencana yang menimpa manusia, seperti kecelakaan, penyakit dan sebagainya telah ditetapkan akan terjadi sebelumnya dan tertulis di Lauh Mahfudz.
Firman Allah SWT: “Tidak ada bencana (apa pun) yang menimpa di bumi dan tidak (juga yang menimpa) dirimu, kecuali telah tertulis dalam Kitab (Lauh Mahfuz) sebelum Kami mewujudkannya. Sesungguhnya hal itu mudah bagi Allah.” (QS. Al-Hadid; 57:22).
Keempat, Allah mengetahui secara detil dan terperinci semua ciptaan-Nya di langit maupun
di bumi, sudah terdapat dalam sebuah Kitab induk yang tersimpan di Lauh Mahfuzh Sesungguhnya yang demikian itu, tercatatnya data seluruh ciptaan Allah pada sebuah buku induk, sangat mudah bagi Allah, karena Allah Tuhan Yang Memelihara seluruh alam.