HARIAN MERAPI - Ada empat sumber self efficacy pada siswa, yang mana salah satunya adalah pengalaman menguasai sesuatu
Self efficacy (efikasi diri) adalah keyakinan individu pada kemampuan dirinya sendiri
dalam menghadapi atau menyelesaikan suatu tugas dan tanggung jawab, mencapai tujuan yang telah dicanangkan, serta mengatasi hambatan untuk mencapai suatu hasil dalam sityasi tertentu.
Setiap pola asuh akan memberi efek yang berbeda terhadap karakter anak.
Baca Juga: Sleman dorong lansia lebih sehat, produktif dan mandiri
Sedangkan dalam arti yang lebih spesifik lagi, self efficacy adalah perasaan seseorang bahwa dirinya mampu menangani tugas tertentu secara efektif dan efisien.
Konsep self efficacy ini sebenarnya adalah inti dari social cognitive theory dari Albert Bandura yang menekankan peran belajar observasional, pengalaman sosial, dan determinisme timbal balik dalam pengembangan kepribadian seseorang.
Self Efficacy ini dapat diperoleh, diubah, ditingkatkan melalui salah satu atau
beberapa kombinasi empat sumber self efficacy. Keempat sumber self eficacy tersebut adalah:
Pertama, maxtery experience (pengalaman menguasai sesuatu). Pengalaman
langsung siswa merupakan sumber efikasi diri yang paling kuat. Sumber yang paling berpengaruh dari efikasi diri yaitu performa masa lalu.
Secara umum, performa yang berhasil akan meningkatkan ekspetasi mengenai kemampuan, sedangkan kegagalan yang dialami siswa akan menurunkan hal tersebut.
Baca Juga: Mengenal mesin biodigester, alat pengolah kotoran hewan jadi pupuk organik hingga energi listrik
Performa yang berhasil akan meningkatkan efikasi diri secara proporsional dengan kesulitan dari tugas tersebut.
Kegagalan sangat mungkin untuk menurunkan efikasi diri saat seorang siswa tahu bahwa mereka telah memberikan usaha terbaik mereka.
Kedua, vicarious experience (pemodelan sosial) adalah salah satu metode symbolic
modeling, yakni proses belajar dengan cara mengamati model secara simbolik.
Efikasi diri meningkat saat siswa mengobservasi pencapaian orang lain yang memiliki kompetensi yang setara, namun akan berkurang saat siswa melihat rekan sebayanya mengalami kegagalan.
Saat orang lain berbeda dengan dirinya, pemodelan sosial akan memiliki efek yang sedikit dalam efikasi dirinya.