HARIAN MERAPI - Mengupas keteladanan Nabi dengan pribadi yang murah hati.
Rasulullah Muhammad Shallallaahu’alaihi Wa Sallam menganjurkan umatnya untuk bermurah hati kepada siapapun.
Orang yang murah hati akan disukai orang lain dan dicintai Allah Subhanahu Wa Ta’ala, mendapatkan curahan rahmat dan ampunan, rezekinya dilapangkan dan
kehidupannya tenteram, bahagia serta sejahtera.
Baca Juga: Synchronize Fest makin meriah dengan kehadiran 'Petualangan Sherina' yang menyuguhkan konser spesial
Sebaliknya sifat kikir dan bakhil dikategorikan sebagai sifat tercela yang harus ditinggalkan.
Rasulullah SAW bersabda, “waspadalah terhadap sikap zalim, karena kezaliman akan menjadikan kegelapan di hari kiamat. Waspadalah terhadap sifat kikir,
karena kekikiran adalah sifat yang telah menghancurkan umat-umat sebelummu. Sifat ini mendorong mereka tega melakukan pembunuhan dan melakukan hal-hal yang haram.” (HR. Muslim).
Perhatikanlah doa Rasulullah SAW: “Ya Allah. Saya mohon perlindungan kepada-Mu dari sifat kikir dan malas, juga dari pikun, azab kubur dan cobaan semasa hidup dan setelah mati.” (HR. Muslim).
Al-Qur’an sangat menganjurkan sikap kedermawanan dan kemurahan hati; “Kamu tidak akan memperoleh kebajikan, sebelum kamu menginfakkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apapun yang kamu infakkan, tentang hal itu sungguh, Allah Maha Mengetahui.” (QS. Ali ‘Imran, 3:92).
Firman-Nya: “Barang siapa meminjami Allah dengan pinjaman yang baik maka Allah melipatgandakan ganti kepadanya dengan banyak. Allah menahan dan melapangkan (rezeki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.” (QS. Al-Baqarah, 2:245).
Baca Juga: Cerita misteri soal kepercayaan kain kafan orang meninggal bisa digunakan untuk pesugihan, benarkah?
Di sisi lain Al-Qur’an juga menyinggung sifat kikir dan bakhil; “Dan jangan sekali-kali orang-orang yang kikir dengan apa yang diberikan Allah kepada mereka dari karunia-Nya, mengira bahwa (kikir) itu baik bagi mereka, padahal (kikir) itu buruk bagi mereka. Apa (harta) yang mereka kikirkan itu akan dikalungkan (di
lehernya) pada hari kiamat.” (QS. Ali ‘Imran, 3:180).
Rasulullah Muhammad SAW adalah teladan utama yang harus menjadi panutan dalam hal kedermawanan sosial.
Kedermawanan sudah menjadi karakter yang lekat dengan pribadi beliau, di mana kemurahan hatinya itu bukan didorong oleh keinginan menyombongkan diri atau untuk dipuja puji orang lain, namun sikap mulia ini beliau lakukan atas dasar keikhlasan untuk mendapatkan keridhaan Allah SWT.
Rasulullah SAW sangat perhatian terhadap anak yatim dan fakir miskin. Beliau sering memberi bantuan kepada umat Islam yang miskin yang tidak mampu bekerja atau yang hartanya habis karena untuk mendanai perjuangan fi sabilillah.
Kedermawanannya sampai pada taraf mengalahkan kepentingan pribadi dan keluarganya. Kadang beliau memberikan sesuatu kepada seorang fakir
padahal sebenarnya beliau sangat membutuhkan barang itu.