HARIAN MERAPI - Ada tujuh model pengembanghan kurikulum, yang mana di antaranya adalah model top down dan grass roots.
Pengembangan kurikulum merupakan salah satu proses perencanaan dan penyusunan yang dilakukan agar pendidikan yang dihasilkan dapat menjadi bahan ajar dan acuan yang digunakan untuk mencapai tujuan Pendidikan Nasional.
Sedangkan model pengembangan kurikulum merupakan suatu alternatif prosedur dalam rangka mendasain (designing), menerapkan (implementation), dan
mengevaluasi (evaluation) suatu kurikulum.
Tujuan pengembangan kurikulum adalah sebagai acuan untuk mengembangkan pembelajaran dalam mencapai pendidikan yang bermutu dengan standar yang
jelas, target yang terukur dan budaya yang akan dicapai.
Menurut Robert S. Zein dalam bukunya Curriculum Principle and Foundation, berbagai model pengembangan kurikulum secara garis besar adalah sebagai berikut:
Pertama, Model Administratif (Top Down). Pengembangan kurikulum ini ide awal dan
pelaksanaannya dimulai dari pejabat tingkat atas (para pemangku kebijakan) yang berkaitan dengan pengembangan kurikulum.
Dalam pelaksanaannya, selama tahun permulaan diperlukan adanya kegiatan monitoring, pengamatan dan pengawasan serta bimbingan dalam pelaksanaannya dengan harapan akan membawakan hasil pengembangan secara maksimal serta terukur.
Kedua, Model dari bawah (Grassroots). Pengembangan kurikulum model grass roots yang disebut juga dengan istilah pendekatan bottom-up, yaitu suatu proses pengembangan kurikulum yang diawali dari keinginan yang muncul dari tingkat bawah, yaitu sekolah sebagai satuan pendidikan atau para guru.
Baca Juga: Kampung RW 9 Sarirejo Salatiga Dikukuhkan Kampung Tangguh Anti Narkoba oleh Polres Salatiga
Pengembangan kurikulum dapat berupa pengembangan suatu komponen kurikulum, satu atau beberapa bidang studi ataupun seluruh bidang studi dan seluruh komponen kurikulum.
Ketiga, Model Demonstrasi. Model ini dikembangkan untuk memperkenalkan suatu inovasi kurikulum dalam skala kecil dan pada sektor atau bagian tertentu saja.
Dalam pelaksanaanya, model ini menuntut para guru dalam satu sekolah untuk mengorganisasikan dirinya dalam memperbaruhi kurikulum dan membagi tugas kepada msing-masing guru. Model demonstrasi dapat dilaksanakan baik secara formal maupun tidak formal.
Keempat, Model Beachamp. Pengembangan kurikulum dengan cara menetapkan wilayah atau arena yang akan melakukan perubahan suatu kurikulum.
Wilayah itu bisa terjadi pada hanya satu sekolah, satu kecamatan, kabupaten, atau mungkin tingkat provinsi dan tingkat nasional.