Tujuh macam kondisi perkawinan, relasi dari komponen kedekatan emosi, komitmen, dan gairah

photo author
- Rabu, 19 Juli 2023 | 17:00 WIB
Tujuh macam kondisi perkawinan, relasi dari komponen kedekatan emosi, komitmen, dan gairah ( Dokumen: Dr. H. Khamim Zarkasih Putro, M. Si.)
Tujuh macam kondisi perkawinan, relasi dari komponen kedekatan emosi, komitmen, dan gairah ( Dokumen: Dr. H. Khamim Zarkasih Putro, M. Si.)

Tanpa gairah yang kuat, kebutuhan seksual pasangan suami-istri tidak akan terpenuhi, walaupun mereka memiliki komitmen hubungan yang kuat dan saling memahami. Padahal kebutuhan seksual tidak dapat dipungkiri bagi individu yang sehat.

Baca Juga: Eks Barcelona Kumpul di Inter Miami, Giliran Jordi Alba Reuni dengan Messi dan Busquets

Keempat, kedekatan emosi + gairah – komitmen. Bentuk hubungan seperti ini biasanya muncul pada saat pasangan sedang saling jatuh cinta.

Pertasaan yang menggebu-gebu sangat mendominasi, sementara komitmen belum kuat. Tanpa komitmen, i’tikad baik kedua belah pihak tidak dapat dijamin.

Kelima, kedekatan emosi – gairah – komitmen. Manakala yang dimiliki pasangan suami-istri hanya kedekatan emosi, tetapi tidak ada gairah maupun komitmen, maka bentuk hubungannya lebih mirip dengan persahabatan.

Pasangan merasa nyaman, tetapi tidak bisa mendapatkan kepuasan seksual dan jaminan jangka panjang.

Keenam, gairah – komitmen – kedekatan emosi. Gairah yang tinggi tanpa komitmen dan kedekatan emosi akan membuat hubungan yang tercipta menjadi hubungan yang sifatnya fisik semata.

Padahal untuk membangan hubungan dengan jangka panjang dibutuhkan adanya komitmen yang tinggi.

Baca Juga: Komisi A DPRD DIY Dukung dan Hormati Proses Hukum Atas Penyalahgunaan Tanah Kas Desa, Ini Rekomendasinya

Ketujuh, komitmen – kedekatan emosi – gairah. Komitmen pasangan suami-istri adalah bentuk penghormatan kepada perjanjian kokoh (mitsaqaan ghalidhan) sebuah perkawinan.

Tetapi tanpa kedekatan emosi dan gairah, hubungan yang terwujud adalah hubungan yang kering atau tanpa cinta.

Kondisi ini rawan menyebabkan pasangan suami-istri terjebak ke dalam munculnya orang lain (WIL/PIL), baik fisik maupun psikologis.

Keseimbangan antara tiga komponen ini sudah barang tentu tidak kaku. Ada suatu dinamika yang senantiasa berubah dan berkembang, mengikuti dinamika maghligai keluarga itu sendiri.

Semakin besar kesadaran suami-istri untuk menjaga keharmonisan dan keabadian keluarga, maka akan semakin besar juga keinginan untuk mengoptimalkan kehadiran tiga komponen di atas dalam kehidupan berkeluarga. *

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Swasto Dayanto

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

'Ke-Empu-an' perempuan dalam Islam

Minggu, 21 Desember 2025 | 17:00 WIB

Doa-doa mustajab dalam Al-Quran dan Al-Hadits

Sabtu, 20 Desember 2025 | 17:00 WIB

Pesan-pesan Al-Quran tentang menjaga kesehatan jiwa

Jumat, 19 Desember 2025 | 17:00 WIB

Tasamuh dalam beragama

Rabu, 17 Desember 2025 | 17:00 WIB

Keutamaan membaca dan tadabbur Al-Quran

Selasa, 16 Desember 2025 | 17:00 WIB

Manajemen hati untuk raih kebahagiaan sejati

Senin, 15 Desember 2025 | 17:00 WIB

Tujuh kunci masuk ke dalam pintu Surga-Nya

Minggu, 14 Desember 2025 | 17:00 WIB

Peran orang tua dalam pembentukan generasi berkualitas

Sabtu, 13 Desember 2025 | 17:00 WIB

Lima pinsip dasar perlindungan HAM dalam Islam

Kamis, 11 Desember 2025 | 17:00 WIB

Keutamaan berlomba-lomba dalam kebaikan dan ketakwaan

Rabu, 10 Desember 2025 | 17:00 WIB

HAM dalam perspektif Islam

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:00 WIB

Membangun keluarga samara dalam Al-Quran dan Sunnah

Sabtu, 6 Desember 2025 | 17:00 WIB

Sepuluh sifat istri shalehah pelancar nafkah suami

Kamis, 4 Desember 2025 | 17:00 WIB

Rahasia keberhasilan dakwah Nabi Muhammad SAW

Sabtu, 29 November 2025 | 17:00 WIB

Sembilan kekhasan dan keunikan masa remaja

Jumat, 28 November 2025 | 17:00 WIB
X