Ada orang yang berfikir bahwa rizkinya itu diperoleh karena usahanya sendiri saja, tidak ada campur tangan Allah.
Kalau sekarang hidupnya kaya dan sangat mapan karena dirinya bekerja keras.
Orang-orang seperti ini biasanya lupa, bahwa jika bukan karena rahmat Allah, tidak mungkin rizki yang dinikmatinya sekarang ini dapat diperolehnya.
Jika bukan karena kasih sayang Allah, bisa jadi hidup akan terasa sulit dan hati menjadi semakin sempit, sebagaimana firman-Nya:
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.” (QS. An-Nahl, 16:78).
Ketiga, menghendaki balasan duniawi semata.
Bagi mereka yang hanya mengharapkan pahala dunia, maka harta dan segala macam kemewahan dunia itu lebih penting dari apapun.
Jangankan untuk bersyukur, untuk sekadar mengingat Allah saja pasti akan sangat sulit, karena yang ada di dalam pikirannya hanyalah urusan dunia saja.
Hal ini ditegaskan Allah SWT dalam firman-Nya: “Barang siapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala dunia itu, dan barang siapa menghendaki pahala akhirat, Kami berikan (pula) kepadanya pahala akhirat itu. Dan kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.” (QS. Ali Imran, 3:145).
Keempat, karena kesombongan. Kesombongan adalah salah satu musuh besar setiap orang.
Orang yang sombong bagaimana mungkin dirinya bisa bersyukur. Orang yang diuji dengan kesombongan, baginya kekayaannya itu juga diperoleh karena dirinya hebat.
Sebagaimana kesombongan Fir’aun yang merasa lebih tinggi dari Tuahn itu sendiri karena kekayaan yang dimilikinya.
Padahal kekayaannya itu sebenarnya ujian baginya; sebagaimana Firman-Nya: “Dan demikianlah telah Kami uji sebahagian mereka (orang-orang kaya) dengan sebahagian mereka (orang-orang miskin), supaya (orang-orang yang kaya itu) berkata: “Orang-orang semacam inikah di antara kita yang diberi anugerah Allah kepada mereka?” (Allah berfirman): “Tidakkah Allah lebih mengetahui tentang orang-orang yang bersyukur (kepada-Nya)?” (QS. Al-An’am, 6:53).