Ternyata manusia tidak sekadar sebagai pembantah, tetapi juga sering melampau batas.
Nafsunya sering tidak terkendali. Ketika kebutuhan makan dan minum sudah dicukupi-Nya, manusia selalu merasa kurang.
Baca Juga: Hati-hati cari jodoh lewat aplikasi online, bisa mengarah prostitusi
Ketika belum memiliki rumah tempat tinggal selalu bermimpi untuk memiliki rumah.
Tetapi setelah terkabul keinginannya, manusia tidak cukup sekadar memiliki satu rumah, ingin dua, tiga dan seterusnya.
Inilah sifat manusia yang tidak pernah merasa puas dengan apa yang telah dicapai dan dimilikinya, selalu ingin lebih banyak, lebih baik, lebih indah, lebih kaya dan sebagainya.
Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala: “Dan apabila manusia ditimpa bahaya dia berdoa kepada Kami dalam keadaan berbaring, duduk atau berdiri, tetapi setelah kami hilangkan bahaya itu daripadanya, dia (kembali) melalui (jalannya yang sesat), seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya.” (QS. Yunus, 10:12).
Ketiga, berkeluh kesah lagi kikir. Manusia mempunyai sifat selalu berkeluh kesah dan kikir.
Ketika menderita atau ditimpa bencana, mereka mengadu, berdoa, meminta pertolongan kepada-Nya, beribadah dengan rajin penuh kekhusukan.
Baca Juga: Pemudik asal Bandung tiba-tiba meninggal di perjalanan, polisi bantu evakuasi, ini kondisinya
Dan ketika diberikan kenikmatan mereka tidak bersyukur, tetapi malah merasa kurang banyak.
Ketika dimintai untuk membangun masjid, membantu orang miskin atau berjihad di jalan-Nya, mereka mengatakan tidak punya apa-apa, sehingga tidak bisa membantu.
Padahal dia baru saja mendapatkan keuntungan yang banyak dan datangnya tidak disangka-sangka.
Itulah sifat negarif manusia yang selalu berkeluh kesah lagi kikir, sebagaimana firman-Nya:
“Sesungguhnya manusia diciptakan bersikap keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah. Dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir. (QS. Al-Ma’arij, 70:19-21).