Syawalan untuk mengurangi sifat lemah bawaan manusia, di antaranya suka membantah dan tidak besyukur

photo author
- Rabu, 26 April 2023 | 17:00 WIB
 Dr. H. Khamim Zarkasih Putro, M. Si. (Dokumen Pribadi)
Dr. H. Khamim Zarkasih Putro, M. Si. (Dokumen Pribadi)

HARIAN MERAPI - Syawalan untuk mengurangi sifat lemah bawaan manusia,

di antaranya suka membantah dan tidak besyukur

Setiap makhluk Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang ada di muka bumi ini mempunayi sifat-sifat tertentu.

Baca Juga: Kejadian mistis penyakit menahun sembuh karena pesan paranormal agar seumur hidup tak pakai sendal jepit

Sifat adalah suatu keadaan yang menerangkan benda atau sesuatu, misalnya indah, manis, enak, kuat, lemah, dan sebagainya.

Sifat lemah manusia adalah semua keadaan yang menerangkan manusia dan keadaan itu dapat menjatuhkannya dari makhluk yang unggul dan tertinggi derajatnya menjadi makhluk yang hina dan rendah derajatnya yang dapat merusak citra manusia secara keseluruhan.

Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala: “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka).” (QS. At-Tin, 95:4-5).

Beberapa sifat lemah bawaan pada diri manusia adalah:

Pertama, suka membantah. Manusia memiliki sifat bawaan sebagai pembantah terhadap ajaran-ajaran Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Mereka seringkali tidak menyadari bahwa dirinya adalah makhluk ciptaan-Nya yang sewaktu dilahirkan tidak mengetahui sesuatu apapun.

Baca Juga: Horor Kembang Laruk Simple Man tak kalah ngeri dari cerita Sewu Dino, tentang pendakian dan tumbal manusia!

Tetapi kemudian, setelah beranjak menjadi kanak-kanak dan tumbuh dewasa serta mengetahui berbagai rahasia alam semesta ini mulailah mereka mengingkari adanya Sang Khalik.

Manusia bukannya bersyukur kepada Sang Maha Pencipta, tetapi malah membantah kebenaran-kebenaran dari-Nya yang bersifat tetap dan pasti.

Sifat ini muncul karena kedunguan dan kebodohan manusia yang tidak menyadari atau bahkan menutup diri terhadap petunjuk-petunjuk yang datang dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan melecehkan firman-firman-Nya. (QS. Al-Kahfi, 18:54).

Kedua, melampau batas.

Halaman:

Artikel Selanjutnya

Menyongsong ‘Idul Fitri 1444 H

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Swasto Dayanto

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

'Ke-Empu-an' perempuan dalam Islam

Minggu, 21 Desember 2025 | 17:00 WIB

Doa-doa mustajab dalam Al-Quran dan Al-Hadits

Sabtu, 20 Desember 2025 | 17:00 WIB

Pesan-pesan Al-Quran tentang menjaga kesehatan jiwa

Jumat, 19 Desember 2025 | 17:00 WIB

Tasamuh dalam beragama

Rabu, 17 Desember 2025 | 17:00 WIB

Keutamaan membaca dan tadabbur Al-Quran

Selasa, 16 Desember 2025 | 17:00 WIB

Manajemen hati untuk raih kebahagiaan sejati

Senin, 15 Desember 2025 | 17:00 WIB

Tujuh kunci masuk ke dalam pintu Surga-Nya

Minggu, 14 Desember 2025 | 17:00 WIB

Peran orang tua dalam pembentukan generasi berkualitas

Sabtu, 13 Desember 2025 | 17:00 WIB

Lima pinsip dasar perlindungan HAM dalam Islam

Kamis, 11 Desember 2025 | 17:00 WIB

Keutamaan berlomba-lomba dalam kebaikan dan ketakwaan

Rabu, 10 Desember 2025 | 17:00 WIB

HAM dalam perspektif Islam

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:00 WIB

Membangun keluarga samara dalam Al-Quran dan Sunnah

Sabtu, 6 Desember 2025 | 17:00 WIB

Sepuluh sifat istri shalehah pelancar nafkah suami

Kamis, 4 Desember 2025 | 17:00 WIB

Rahasia keberhasilan dakwah Nabi Muhammad SAW

Sabtu, 29 November 2025 | 17:00 WIB

Sembilan kekhasan dan keunikan masa remaja

Jumat, 28 November 2025 | 17:00 WIB
X