HARIAN MERAPI - Hari Ayah Nasional diperingati setiap 12 November. Tanggal ini dipilih karena pada tahun 2006, setelah usulan dari Perkumpulan Putra Ibu Pertiwi (PPIP) yang dimulai sejak 2004, pemerintah menetapkan 12 November sebagai hari khusus untuk menghargai peran ayah dalam keluarga.
Makna peringatan hari Ayah adalah: (1) Penghormatan atas dedikasi ayah sebagai pelindung, panutan, dan pejuang yang bekerja keras demi kebahagiaan anak serta istri dan (2)
Pengingat bahwa peran ayah sama pentingnya dengan peran ibu, menyeimbangkan kelembutan
dengan ketegasan dan tanggung jawab.
Bekerja keras adalah sebuah keharusan yang harus dilakukan seseorang, khususnya bagi
seorang ayah/suami, agar kehidupannya bisa berjalan dengan baik. Sebab hidup pastilah butuh makan.
Perintah untuk bekerja ini tercantum dalam Al-Quran surat At-Taubah ayat 105: “Dan katakanlah, “Bekerjalah kamu, maka Allah akan melihat pekerjaanmu, begitu juga Rasul-Nya dan orang-orang mukmin, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. At-Taubah; 9:105).
Kerja keras seorang ayah di rumah memang bisa dipandang sebagai bentuk jihad, bukan jihad
yang berkonotasi perang, melainkan jihad dalam arti berjuang dengan sungguh‑sungguh untuk
menegakkan nilai‑nilai kebaikan, menafkahi, mendidik, dan memberi rasa aman kepada keluarga.
Dengan menunaikan tanggung jawab tersebut, ia menegakkan amanah Allah, memperkuat ikatan keluarga, dan meneladani kesabaran serta pengorbanan Nabi‑Nabi.
Berikut hadits-hadits tentang keharusan bekerja keras (khususnya seorang ayah) untuk
keluarga sebagai berikut:
Baca Juga: Silaturahim, panjangkan umur dan luaskan rezeki
Pertama, kerja keras suami menafkahi nkeluatga laksana mujahid di jalan Allah, sebagaimana
sabda Rasuliullah SAW: “Seorang laki‑laki yang menafkahi keluarganya dengan hasil kerja
kerasnya, maka ia seperti mujahid di jalan Allah.” (HR. Bukhari).
Kedua, udsaha terbaik adalah hasil kerja keras. Sabda Rasulullah Muhammad SAW:
“Sebaik‑baik nafkah adalah yang diperoleh dengan usaha sendiri (dengan kerja keras).” (HR.
Muslim).
Ketiga, sepadan dengan berperang di jalan-Nya. Sabda Rasulullah Muhammad SAW: “Allah
menyukai seorang hamba yang bekerja keras untuk menafkahi keluarganya, sebagaimana seorang mujahid yang berperang di jalan‑Nya.” (HR. Abu Daud).
Keempat, tawakkal (kerja keras diikuti dengan doa) merupakan pintu rezeki. ''Dari Umar
Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Aku pernah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda: “Kalau kalian bertawakkal kepada Allah dengan sebenar-benar tawakkal, maka niscaya Allah akan memberikan kalian rezeki sebagaimana Allah memberi rezeki kepada burung; ia pergi pagi hari dalam keadaan perutnya kosong, lalu pulang pada sore hari dalam keadaan kenyang.” (HR. Tirmidzi, Ahmad dan Ibnu Majah).
Baca Juga: Pengalaman perundungan bisa berdampak seperti ini pada anak, orang tua harus waspada
Kelima, kerja keras mencari nafkah sepanjang hari akan diampuni dosa-dosanya. Sabda
Rasulullah Muhammad SAW: “Barangsiapa yang di waktu sore merasa capek (lelah) lantaran
pekerjaan kedua tangannya (mencari nafkah) maka di saat itu diampuni dosa baginya.” (HR.
Thabrani).