Cekcok berujung penusukan di Parangtritis

photo author
- Minggu, 9 November 2025 | 09:00 WIB
ilustrasi borgol (dok harianmerapi.com)
ilustrasi borgol (dok harianmerapi.com)

MENGAPA masyarakat gampang emosi dan ringan tangan ? Boleh jadi, karena himpitan ekonomi, harga kebutuhan pokok melonjak, orang gampang stres dan mudah marah. Hanya gara-gara masalah sepele, gampang main hakim sendiri. Akibatnya, bukannya masalah selesai, tapi malah menambah masalah, yakni urusan hukum.

Agaknya inilah yang terjadi di kawasan Parangtritis baru-baru ini. Entah sebab apa, seorang pria nekat menikam seseorang menggunakan cula ikan pari mengenai bagian punggung hingga menimbulkan luka serius. Awalnya, pelaku inisial M (28) warga Banyumas yang berdomisili di Dusun Parangtris sedang duduk-duduk bersama pacarnya di tempat tinggalnya. Berikutnya, seorang pria lewat di lokasi tersebut hendak mengambil motor di bengkel.

Entahlah ada persoalan apa di antara mereka, M kemudian berdiri sambil membawa kunci L dan menantang korban, inisial PP (32), warga Parangtritis. Sempat terjadi cekcok di antara mereka hingga terjadi penusukan terhadap PP menggunakan cula ikan pari. Warga yang mengetahui kejadian tersebut berhasil mengamankan M hingga urusan berlanjut ke polisi.

Baca Juga: 200 anak ikut Khitanan Massal Hari Jadi ke-108 Karanganyar di Masjid Agung Madaniyah

Sejauh ini masih belum jelas motif penyerangan terhadap PP, polisi masih mendalaminya. Apakah kasus ini dapat diselesaikan secara restoratif justice ? Tentu masih harus dilihat duduk perkaranya. Pun, bila korban bersedia memaafkan pelaku. Bila aspek ini tidak terpenuhi, tak bisa dilakukan penyelesaian di luar hukum.

Menyangkut motif, bisa saja terkait dengan masalah wanita. Apalagi, saat itu, pelaku sedang duduk-duduk bersama seorang perempuan yang diduga pacarnya.

Namun, itu  sama sekali tidak berkait dengan ada tidaknya unsur pidana. Yang perlu diperdalam justru mengapa pelaku saat itu sudah membawa kunci L, apakah alat ini memang sudah dipersiapkan untuk menganiaya korban ? Ini penting diungkap untuk mengetahui apakah penganiayaan itu direncanakan atau spontan. Sebab, bila direncanakan, ancaman hukumannya lebih berat.

Baca Juga: TemanHebat Records gelar 'Dyslexia Festival', beri kesempatan anak disleksia Indonesia untuk jadi penyanyi

Kejahatan bisa terjadi di mana saja, baik ada motif maupun tak ada motif. Yang belakangan ini orang sering menyebutnya sebagai klitih. Kasus penganiayaan yang menimpa PP harus diusut tuntas, apalagi sampai menimbulkan luka serius. Upaya damai bisa dikesampingkan, apalagi korban tak memberi maaf kepada pelaku. Ini juga sebagai pembelajaran bagi pelaku agar tak main hakim sendiri. (Hudono)

 

Balas

Terus­kan

Tambahkan reaksi

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Hudono

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

'Ke-Empu-an' perempuan dalam Islam

Minggu, 21 Desember 2025 | 17:00 WIB

Perlu penertiban pengamen di Jogja 

Minggu, 21 Desember 2025 | 09:00 WIB

Begini jadinya bila klitih melawan warga

Minggu, 21 Desember 2025 | 08:30 WIB

Juragan ikan ketipu perempuan, begini modusnya

Minggu, 21 Desember 2025 | 08:00 WIB

Doa-doa mustajab dalam Al-Quran dan Al-Hadits

Sabtu, 20 Desember 2025 | 17:00 WIB

Pesan-pesan Al-Quran tentang menjaga kesehatan jiwa

Jumat, 19 Desember 2025 | 17:00 WIB

Tasamuh dalam beragama

Rabu, 17 Desember 2025 | 17:00 WIB

Keutamaan membaca dan tadabbur Al-Quran

Selasa, 16 Desember 2025 | 17:00 WIB

Manajemen hati untuk raih kebahagiaan sejati

Senin, 15 Desember 2025 | 17:00 WIB

Tujuh kunci masuk ke dalam pintu Surga-Nya

Minggu, 14 Desember 2025 | 17:00 WIB

Ngeri, pekerja tewas di septic tank, ini gara-garanya

Minggu, 14 Desember 2025 | 09:00 WIB

Pak Bhabin kok urusi kawin cerai

Minggu, 14 Desember 2025 | 08:30 WIB

Peran orang tua dalam pembentukan generasi berkualitas

Sabtu, 13 Desember 2025 | 17:00 WIB

Waspadai bukti transfer palsu

Jumat, 12 Desember 2025 | 12:30 WIB
X