DI mana pun tempat, kejahatan bisa terjadi, bahkan bisa merenggut nyawa. Baru-baru ini di sebuah gubuk tengah persawahan kawasan Magelang Jawa Tengah, dua pemuda nyawanya melayang. Bukan karena dibunuh atau dianiaya, melainkan karena ulah mereka sendiri, menenggak miras oplosan. Polisi masih menyelidiki dari mana mereka mendapat miras oplosan.
Sudah banyak cerita oplosan merenggut nyawa, namun peristiwa serupa tetap saja terjadi. Mereka tidak menyadari bahwa minuman beralkohol yang mereka tenggak akan mencabut nyawanya. Awalnya, merasa pusing, muntah-muntah hingga akhirnya tak tertolong. Itu pula yang dialami dua pemuda asal Magelang.
Polisi tak bisa berbuat apa-apa, melainkan hanya melakukan penyelidikan menyangkut penyebab kematian. Kalau sudah ketemu penyebabnya, lantas mau apa ? Paling tidak, dilakukan antisipasi agar peristiwa serupa tak terulang. Termasuk mempersempit akses mendapatkan miras. Hingga saat ini regulasi peredaran miras masih belum efektif. Meski sudah ada ketentuan peredaran dan konsumsi terbatas, tetap saja terjadi penyimpangan di lapangan.
Orang, terutama kaum muda, dengan mudahnya mendapatkan miras, bahkan bisa diperoleh melalui pesanan online. Inilah yang kemudian aparat kewalahan memberantasnya. Sebab, tidak mungkin aparat akan mengontrol seluruh aktivitas penjualan di online. Paling-paling ketika dilakukan patroli siber, kemudian ada transaksi online, barulah aparat bisa cepat bergerak. Namun, bila dilakukan secara diam-diam, sangat sulit mengendusnya.
Kini kuncinya terletak pada kontrol masyarakat, sejauh mana masyarakat peduli terhadap persoalan miras. Misalnya, ketika ada tetangga atau siapapun terlihat menggelar pesta miras, maka segera lapor polisi. Tindakan cepat ini bisa menyelamatkan nyawa. Artinya, sebelum mereka larut dalam pesta miras, segera diambil tindakan agar tidak lebih parah.
Apalagi terkait miras oplosan, jauh lebih berbahaya ketimbang konvensional. Bahan oplosan terkadang aneh-aneh, misalnya obat nyamuk dan sebagainya yang jelas-jelas beracun. Mengapa ini bisa terjadi dan dilakukan remaja atau pemuda. Entahlah, kemungkinan mereka hanya ingin menunjukkan eksistensinya sebagai laki-laki pemberani, termasuk berani menghadapi bahaya nyawa melayang.
Baca Juga: Wali Kota Magelang Ajak Gen Z Berani Investasi, Bukan Sekadar Jadi Konsumen
Tewasnya dua pemuda di Magelang gara-gara pesta miras menunjukkan lemahnya kontrol masyarakat. Peristiwa tragis itu sebenarnya bisa dicegah bila masyarakat cepat melapor ke polisi sehingga bisa diambil tindakan cepat dan terukur. (Hudono)
| Balas Teruskan Tambahkan reaksi |