Kedua, pembinaan prenatal. Setelah terjadi kehamilan, janin mulai diasuh dan dijaga
dengan penuh kasih sayang oleh kedua orang tuanya. Dalam ajaran agama, nilai-nilai
spiritual sudah bisa ditanamkan sejak janin masih dalam kandungan.
Perhatian terhadap gizi, kesehatan dan pola hidup sehat terutama pada ibu hamil, menjadi satu bagian penting dalam membentuk janin yang tengah tumbuh di dalam perut. Di sini diperlukan pembinaan bagi calon ayah dan calon ibu untuk bisa memerankan fungsi mereka dengan baik.
Peran suami dalam mendampingi istri yang tengah hamil sangat penting dalam memberikan perasaan aman dan nyaman pada ibu hamil, yang akan berdampak terhadap kesehatan ibu maupun bayi.
Ketiga. menyambut kelahiran bayi. Pada saat ibu melahirkan bayi hendaknya mendapatkan dukungan secara penuh oleh ayah. Agama memberikan tuntunan yang detail terhadap kelahiran bayi, sejak dari ritual kelahiran hingga beberapa hari setelah kelahirannya.
Hendaknya bayi telah dikenalkan dengan nilai-nilai ketuhanan, maka sebagian masyarakat
muslim menyambut kelahiran bayi dengan adzan di telinga kanan bayi dan iqamah di telinga
kiri. Hal ini bagian pembinaan nilai-nilai kebaikan pada diri anak sejak dini.
Keempat, pendidikan anak balita. Setelah janin lahir, dilanjutkan dengan pembinaan
pada hari-hari awal kehidupannya. Sangat penting untuk memberikan pendidikan keimanan
sejak dini, pada anak sejak hari kelahiran hingga lima tahun yang merupakan usia emas
dalam kehidupan manusia.
Anak balita sudah harus dikenalkan dengan nilai ibadah, akhlaq, juga berbagai sisi keterampilan praktis seperti berbicara, membaca, berhitung dan lain sebagainya. Hingga menyiapkan anak untuk memasuki Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Playgroup, dan Taman Kanak-kanak.
Kelima, pembinaan anak usia Sekolah Dasar. Pada saat anak sudah masuk pendidikan
sekolah dasar, orang tua tetap membina dan mendampingi untuk menguatkan dan
mengoptimalkan berbagai potensi positifnya.
Orang tua tidak boleh merasa cukup hanya dengan menitipkan anak pada lembaga pendidikan, karena sesungguhnya pendidik yang paling utama adalah orang tua. Maka harus diperhatikan penanaman nilai-nilai yang fundamental dalam diri anak, memberikan pelajaran yang lebih detail tentang syari’ah, aqidah, ibadah, akhlaq, dan mu’amalah.
Memberikan makanan yang halal dan thayib, memberikan kasih sayang yang membuat anak selalu berada di jalan yang benar.
Keenam, pendidikan masa remaja. Masa remaja merupakan fase yang rumit dan sulit
pada diri anak yang harus dilalui dengan baik. Anak-anak sudah memasuki bangku sekolah
menengah, yang mengalami berbagai perubahan dan perkembangan sangat signifikan, seiring
dengan pertambahan usianya.
Lingkungan pergaulan dan pengaruh teknologi yang sangat hebat saat ini, membuat orang tua harus terus-menerus mendampingi dan mengarahkan dengan cara yang bijak dan tapat. Anak remaja tidak suka indoktrinasi, maka metode dialogis menjadi hal yang bisa mendekatkan orang tua dengan anak remaja.
Ketujuh, menyiapkan anak untuk dewasa. Lulus SMA, saatnya anak memasuki bangku kuliah, sebagian yang lain memilih untuk mencari kerja. Pada waktu itu anak-anak harus disiapkan untuk memasuki kehidupan yang lebih dewasa. Mereka bukan lagi anak-anak dan juga sudah mulai meninggalkan masa remaja.
Kini mereka harus mulai bertanggung jawab terhadap berbagai keputusan besar yang akan berdampak panjang dalam kehidupannya kelak. Mereka harus mampu memilah dan memilih, mampu mengambil keputusan dengan benar, dan bersedia menanggung resiko atas segala keputusan serta tindakan yang dilakukannya.
Pada masa itu juga anak sudah saatnya memasuki kehidupan baru dengan proses pernikahan. Orang tua harus mendampingi anak yang sudah dewasa untuk mengetahui prinsip, langkah dan tatacara pernikahan menurut aturan agama dan negara.