Kedua, mengidentifikasikan tugas dalam mengingat. Hal ini senada dengan mengadakan
asosiasi. Istilah asosiasi dalam pembelajaran merujuk pada kemampuan mengelompokkan beragam ide dan mengasosiasikan beragam peristiwa untuk kemudian memasukkannya menjadi penggalan memori seseorang.
Selama mentransfer peristiwa-peristiwa khusus ke otak, pengalaman tersimpan dalam referensi dengan peristiwa yang lain.
Ketiga, belajar dengan mengobservasi. Metode observasi dalam proses belajar mengajar
diartikan sebagai cara mengajarkan materi pelajaran dengan mengajak siswa mengamati secara teliti pada suatu obyek kajian. Adapun kelebihan metode observasi adalah siswa dilibatkan untuk turut berpikir sehingga emosi siswa dapat terlibat langsung.
Albert Bandura menyimpulkan bahwa manusia mengambil informasi dan memutuskan tingkah laku yang akan diadopsi berdasarkan lingkungan dan tingkah laku orang lain yang ada disekitarnya (observational learning).
Keempat, membuat resitasi, yakni membuat ucapan-ucapan tiruan (mengucapkan kembali)
untuk dirinya sendiri terhadap bahan pelajaran yang duipelajarinya.
Dengan resitasi ini akan lebih mudah meringankan siswa yang akhirnya dapat menanamkan akan pentingnya arti dan manfaat belajar bagi dirinya sehingga anak-anak akan termotivasi untuk semangat dan giat di dalam belajarnya sehingga prestasi (hasil) belajar akan tinggi.
Kelima, pembagian waktu dalam belajar. Pengalaman sehari-hari menunjukkan bahwa belajar
dengan terbag-bagi waktunya dengan interval waktu istirahat hasilnya akan lebih baik daripada
mencurahkan sejumlah besar waktu untuk sekali belajar.
Adolph Jost (Psikolog Jerman) menjelaskan bahwa mempelajari sebuah materi dengan alokasi waktu tiga jam per hari selama lima hari akan lebih efektif daripada mempelajari materi tersebut dengan alokasi waktu lima jam sehari tetapi tidak hanya selama tiga hari.
Keenam, membagi-bagi bahan yang dipelajari. Apabila ditemukan materi pelajaran terlalu
banyak, maka akan tepat menggunakan metode sebagian, sehingga hasilnya dapat meresap dalam ingatan secara baik.
Penggunaan metode sebagian (teileren method) akan membuat siswa menjadi lebih mudah dalam memahami materi yang diajarkan oleh guru di kelas. Peserta didik juga menjadi lebih aktif dalam proses belajar. Peserta didik juga semangat dan rajin untuk mnghafal materi
pelajaran.
Ketujuh, penguasaan secara global. Hal ini sangat baik untuk mengingat bderbagai materi
pelajaran yang telah disampaikan. Usahakan pada setiap mempelajari bahan pelajaran dapat mengerti isinya secara garis besar, dan kemudian membuat skema materinya.
Belajar utamanya untuk memperluas skema materi itu sehingga hasilnya dapat meresap dalam ingatan. Materi yang sudah buat skema dalam ingatan ini akan lebih mudah disimpan dan direproduksikannya.
Kedelapan, mengorganisasi bahan-bahan yang dipelajari. Mengorganisasikan bahan pelajaran
itu sangat penting untuk mengatur kesatuan-kesatuan bahan pelajaran yang sejenis, misalnya bahasa, ilmu pasti, sejarah, agama, dan sebagainya.
Pengorganisasian yang seperti ini juga akan menjadikan siswa lebih mudah mengasosiasikan konsep yang satu dengan konsep yang lain dalam ingatannya.
Kesembilan, faktor-faktor dinamis dalam retensi, yakni faktor-faktor yang mudah berubah-
ubah, seperti interest, perhatian, kesadaran mental, sikap dimana hal-hal ini sangat berpengaruh dalam kegiatan belajar harus senantiasa dijaga kemunculannya.