PENIPUAN bermodus love scamming makin marak belakangan ini. Korban umumnya tidak terasa telah terjerat rayuan pelaku. Ketika muncul rasa simpatik kepada pelaku, maka apapun yang diminta akan dituruti korbannya.
Itulah yang dialami seorang mahasiswi Yogya, NH, yang terpikat teman onlinenya, Christian Kwon (29) yang mengaku sebagai dokter dan pernah bekerja di rumah sakit di Yogya.
NH tertarik kepada pelaku setelah melihat profilnya. Komunikasi secara online pun berlangsung intens, bahkah hampir satu tahun, yakni sejak November 2023 hingga Oktober 2024.
Baca Juga: Buntut Oknum ASN Cekik Kurir Ekspedisi, Ini yang Dilakukan BKSDM Sampang
Hingga suatu saat pelaku meminta tolong kepada korban untuk mentransfer uang karena yang bersangkutan kehabisan uang. Pelaku mengaku sedang menjual apartemen, bila telah laku akan digunakan untuk melunasi pinjaman kepada korban.
Lebih tragis lagi, kepada korban pelaku mengatakan akan bunuh diri bila tidak mendapat belas kasihan. Lantaran terus melancarkan bujuk rayu, korban pun merasa iba dan memberi uang yang diminta total Rp 250 juta. Uang itu didapat korban dari menjual barang yang ia punya, serta meminjam dari saudara. Dalam perkembangannya, korban curiga terhadap pelaku sampai akhirnya melapor ke Polda DIY.
Barulah pada Juni 2025 ini polisi berhasil mengamankan pelaku di Bandung, dan ternyata korbannya sudah mencapai empat orang. Entahlah, NH korban yang ke berapa. Dalam pengakuannya kepada petugas, Christian Kwon bukanlah dokter melainkan guru les Bahasa Inggris. Kini yang bersangkutan harus membayar perbuatannya dan bakal mendekam di sel tahanan dalam waktu relatif lama.
Baca Juga: Sisir Permukaan di Hari Kelima, Tim SAR Perluas Pencarian Korban Kapal Tenggelam di Selat Bali
Kasus di atas menunjukkan betapa dahsyatnya pengaruh media sosial, karena bisa mempengaruhi pikiran orang. Orang yang semula tak menaruh perhatian, bisa berubah menjadi tertarik dan simpatik kepada profil yang terpampang di media sosial.
Padahal profil tersebut belum tentu benar. Barangkali inilah pentingnya literasi digital agar orang tidak mudah percaya kepada tampilan orang lain di media sosial.
Bukan berarti terus curiga, melainkan mengembangkan sikap kritis, cek dan ricek, sehingga tidak menjadi korban penipuan seperti dialami NH. NH tertarik dengan profil Christian dan mengiranya ia benar-benar seorang dokter, eh ternyata dokter gadungan.
Kadung simpatik, apapun yang diminta pelaku dituruti, bahkan sampai harus menggadaikan laptop, jual kendaraan hingga pinjam uang saudara. Tak tahunya itu hanya tipuan Christian. (Hudono)