Fakta menyebutkan bahwa kepemimpinan kepala sekolah yang kuat berhubungan negatif dengan tingkat agresivitas di sekolah. Helen Cowie & Dawn Jennifer mengatakan bahwa tidak teraturnya organisasi sekolah, termasuk daya juang yang rendah dari para staf, manajemen kelas yang buruk,
seringnya murid dijatuhi hukuman, tiadanya pujian bagi murid, dan lemahnya kepemimpian kepala sekolah dan pengurus komite sekolah, memberikan kontribusi yang besar bagi munculnya perilaku agresif siswa-siswi di sekolah.
Hubungan dengan orang tua yang harmonis juga memiliki kontribusi dalam pengurangan tingkat agresivitas di sekolah.
Yang tidak kalah pentingnya adalah pengaruh interaksi antar kelompok/teman sebaya di sekolah yang dapat memicu terjadinya perilaku agresif. Tidak jarang kondisi sekolah itu kurang menguntungkan bagi perkembangan jasmani dan rohani anak.
Berjam-jam lamanya anak-anak harus melakukan aktivitas tertekan (regimented activities), tidak boleh berbicara, dilarang bergerak, harus bersikap manis, duduk baik-baik, sehingga sangat menjemukan, dan menjengkelkan hati anak. Sedang
waktu istirahat yang pendek, sehingga anak-anak kurang cukup istirahat.
Pendidikan disiplin yang otoriter dengan penerapan sanksi yang keras terutama dilakukan dengan memberikan hukuman fisik, dapat menimbulkan berbagai pengaruh yang buruk bagi anak-anak dan remaja.
Pendidikan disiplin seperti ini akan membuat remaja menjadi seorang penakut, tidak ramah dengan orang lain, membenci orang yang memberi hukuman, kehilangan spontanitas serta kehilangan inisiatif dan pada akhirnya melampiaskan kemarahannya dalam bentuk agresi kepada orang lain.
Ini artinya bahwa pendisiplinan yang salah atau kurang tepat juga sebagai pemicu munculnya agresivitas siswa-siswi di sekolah.
Solusi yang dapat ditawarkan untuk mengatasi kelemahan kepemimpinan kepala sekolah adalah: (1) Meningkatkan kepemimpinan kepala sekolah/madrasah. Kepala sekolah harus memiliki kepemimpinan yang kuat dan efektif untuk menangani perilaku agresif siswa,
(2) Mengembangkan kebijakan dan prosedur yang jelas. Sekolah harus memiliki kebijakan dan prosedur yang jelas untuk menangani perilaku agresif siswa, dan
(3) Meningkatkan komunikasi dan dukungan. Kepala sekolah harus memiliki komunikasi yang efektif dengan guru dan staf, serta memberikan dukungan yang cukup untuk mereka dalam menangani perilaku agresif siswa.*
Penulis : Dr. Drs. H. Khamim Zarkasih Putro, M. Si.,
Dosen Program Magister dan Doktor FITK UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,
Ketua Dewan Pendidikan Kota Yogyakarta,
Dewan Penasehat Paguyuban Keluarga Sakinah Teladan (KST) Provinsi DIY