HARIAN MERAPI - Hidup harus beramal perbuatan. Amalan ini telah harus sesuai dengan yang diperintah, ditetapkan oleh Allah SWT.
Bagi yang amal perbuatan sesuai dengan perintah amal maka akan mendapatkan ke bahagiaan di dunia dan akhirat. Namun, apabila amal perbuatan itu menyelisihi perintahperintah Tuhannya, maka tersebut akan sengsara di dunia dan akhirat.
Pada kitab Fiqih Qulub, Syaikh Muhammad bin Ibrahim bin Abdullah At-Tuwaijiri menyampaikan ada dua macam amal perbuatan yang berasal dari seorang hamba yakni, Pertama, amalan hati dan Kedua, amalan anggota tubuh.
Baca Juga: Berprestasi di bidang pelayanan publik, Kota Magelang raih penghargaan dari KemenPANRB
Dalam kitab tersebut disampaikan Contohnya amalan yang harus ada pada seorang hamba adalah beriman, bertauhid, cinta kepada Allah dan Rasul-Nya, tawakal kepada Allah, mengikhlaskan agama hanya untuk-Nya, yakin akan Dzat Allah, Nama, dan Sifat-sifatNya.
Begitu juga sikap takut kepada Allah, mengharap dari-Nya, segan terhadap-Nya, khusyuk dalam beribadah kepada-Nya, merasa hina dan rendah diri di hadapanNya, bersabar terhadap hukum-Nya, memohon pertolongan kepada-Nya, dan lain sebagainya.
Seluruh amalan tersebut wajib diamalkan oleh seluruh makhluk.
Dia menjelaskan amalan hati dan amal perbuatan anggota tubuh kedua-duanya adalah wajib.
Namun amalan hati merupakan dasar untuk amal perbuatan anggota tubuh. Sedangkan amal perbuatan anggota tubuh merupakan penampak dan tanda bagi amalan hati. Amalan perbuatan tidak akan diterima tanpa adanya amalan hati.
Allah mengkhususkan amalan-amalan hati untuk ditampakkan, bukan amal perbuatan anggota tubuh, karena amal perbuatan anggota tubuh merupakan pengikut bagi amalan-amalan hati.
Jika saja tidak ada keinginan dari hati, maka amal perbuatan anggota tubuh tidak akan pernah terjadi.
Dalam masalah amalan hati, Syaikh Muhammad bin Ibrahim bin Abdullah At-Tuwaijiri menyampaikan ada tiga tingkatan manusia menyikapi amalan-amalan hati. Yakni orang yang menganiaya dirinya sendiri, orang yang pertengahan, dan orang yang bersegera dalam berbuat kebaikan.
Pertama, adalah orang yang menganiaya dirinya sendiri adalah orang yang melakukan maksiat dengan meninggalkan perkara yang diperintahkan atau mengerjakan perkara yang dilarang.