HARIAN MERAPI - Menjadi keinginan setiap manusia untuk hidup tentram dan tenang di dunia ini. Begitu pun setelah meninggalkan dunia, atau mati. Manusia ingin tenang, bersenang-senang di alam keabadian.
Ketenangan hidup menurut sebagian ulama, menjadi tolak ukur ketenangan di akhirat. Untuk itu harus menata hati dan beramal kebaikkan sesuai dengan ajaran agama.
Bagi umat islam ada ajaran yang harus dipahami agar hidup tenang, nyaman dan tentram yakni menata hati dalam hidup yang merupakan ladang ibadah.
Baca Juga: Dudung Imbau Purnawirawan Pakai Wadah Resmi untuk Sampaikan Aspirasi
Hati harus mendapat asupan, siraman rohani dan mengenal Tuhan Allah.
Syaikh Muhammad bin Ibrahim bin Abdullah At-Tuwaijiri dalam 'Ensiklopedi Manajemen Hati' menyebutkan untuk meningkatkan iman, takwa dan meraih kenyamanan hati yang berujung pada keselamatan dalam hidup di dunia untuk keselamatan di akhirat, orang mukmin harus mengenal Allah, memahami firman-Nya, merasa tentram karena-Nya, dan mendapatkan kenikmatan dan kenyamanan dengan mendengarkan firman-Nya.
Disampaikan terdapat intisari makanan hati dapat diraih dari empat pintu
Pertama, membicarakan tentang keagungan Allah, keagungan Nama, Sifat, dan perbuatan-perbuatan-Nya serta memerhatikan tanda-tanda penciptaan dan ayat-ayat AlQur`an.
Kedua, membicarakan anugerah-anugerah Allah dan nikmat-nikmat-Nya, serta melihat kebaikan, keindahan, dan kemuliaanNya.
Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman “Dan terhadap nikmat Tuhanmu, hendaklah engkau nyatakan (dengan bersyukur).”(QS.Adh-Dhuha:11)
Baca Juga: Menko Yusril: Belum Ada Urgensi Terbitkan Perppu Perampasan Aset
Ketiga, mengenal janji Allah kepada para hamba-Nya yang bertakwa dengan surga, mengingat rumah-rumah surga dan istana-istananya, melihat nikmat-nikmat yang ada di dalamnya, merasakan kenikmatan melihat Allah Ta’ala, mendengarkan firmanNya, dan membicarakannya di antara manusia.
Keempat, mengenal ancaman Allah bagi orang yang bermaksiat kepadaNya, mengingat neraka dan apa yang ada di dalamnya seperti nyala api, angin panas, pukulan, dan pembakaran.
Ketika itu, hati-hati menjadi lembut dan terpenuhi dengan rasa takut untuk bermaksiat kepada Allah dan dia menghadap kepadaNya dengan memakai pakaian keimanan dan takwa.
Syaikh Muhammad bin Ibrahim mengemukakan kebutuhan manusia sebelum kematian adalah seperti setetes air. Sedangkan kebutuhan manusia setelah kematian adalah seperti lautan. Kebutuhan tubuh di dunia ini adalah seperti setetes air. Sedangkan kebutuhan hati adalah seperti lautan.
Hati tidak akan mendapatkan kesenangan, kenyamanan, dan kenikmatan melainkan dengan beriman kepada Allah, mencintai-Nya, dan mendekatkan diri kepada-Nya dengan mengamalkan apa yang dicintai-Nya.