JUDUL di atas mengingatkan kepada masyarakat untuk berhati-hati ketika melewati atau menyusuri rel kereta api (KA). Sebab, bisa saja sewaktu-waktu kereta api lewat tanpa terdengar tanda peringatan.
Kasus kecelakaan di kawasan rel kereta api sudah sering terjadi. Bukan hanya pada lokasi perlintasan KA tanpa palang pintu, tapi juga di sepanjang rel yang sering dilewati penduduk sekitar.
Ini pula yang terjadi pada seorang petani di Tegalrejo, Janten Kulon Progo berinisial AR (44). Entah bagaimana kejadian persisnya, ia ditemukan tewas tergeletak di tepi rel. Peristiwa itu terjadi pada Sabtu pukul 04.00 pekan lalu saat kereta api Taksaka lewat.
Saksi menemukan mayat korban sejam kemudian. Selanjutnya, setelah diteliti, diduga kuat ia tersambar KA Taksaka. Mayat korban kemudian diserahkan kepada keluarga untuk dimakamkan.
Diyakini AR sudah sering lewat tempat kejadian perkara (TKP). Namun, entahlah mengapa bisa terjadi kecelakaan. Tak ada saksi yang melihat langsung kejadiannya.
Meski keluarga korban telah mengikhlaskannya, polisi tetap perlu menyelidiki peristiwanya, mengapa itu bisa terjadi, termasuk ada tidaknya kemungkinan bunuh diri. Namun, demi menghormati keluarga korban, sebaiknya tak buru-buru menyimpulkan bunuh diri.
Atau bisa saja korban mengalami kondisi kurang pendengaran sehingga ketika kereta akan lewat tidak terdengar. Banyak faktor yang perlu dipertimbangkan sebelum mengambil kesimpulan. Lantas, bagaimana cara mengantisipasi kejadian tersebut agar tidak berulang ? Rasanya tidak mudah, karena semua didasarkan pada kewaspadaan dan kehati-hatian, terutama saat menyeberang rel.
Masyarakat yang tinggal di pinggiran rel atau berdekatan dengan rel KA tentu sudah hapal dengan situasi dan kondisi, kapan kereta akan lewat sehingga dapat bersiap untuk tidak beraktivitas di sekitar rel. Mereka juga selalu mengawasi anak-anaknya untuk tidak bermain di sekitar rel. Apalagi sudah banyak kejadian orang tertemper KA gara-gara abai terhadap situasi.
Melihat kondisi demikian, diharapkan masinis selalu membuyikan klakson ketika melewati daerah-daerah yang dirasa rawan, terutama di kawasan permukiman yang padat.
Baca Juga: Kerja keras untuk keluraga bagian dari sedekah
Dalam kejadian di atas, tentu masinis tak bisa disalahkan karena peristiwa yang menimpa AR di luar kekuasaannya, lebih tepatnya sebagai musibah. Masinis juga tidak mungkin untuk melakukan pengereman secara mendadak karena justru bisa membahakan keselamatan penumpang. (Hudono)