SEORANG mahasiswa asal Lubuk Linggau Sumsel terserempet kereta api saat nongkrong di Jembatan Kewek Danurejan Yogya, Kamis malam. Ia mengalami luka di bagian kaki dan tangan. Korban pun dibawa ke RSUP Sardjito untuk mendapat perawatan intensif.
Saat itu, mahasiswa berinisial YS (22) itu sedang nongkrong di Jembatan Kewek dekat rel kereta api bersama seorang temannya. Kemudian datang KA Bima dari arah timur ke barat.
Menurut keterangan, masinis sudah membunyikan peringatan berulang kali, namun korban cuek hingga akhirnya terserempet hingga mengalami luka di beberapa bagian tubuh. Beruntung, nyawa korban masih dapat diselematkan. Anehnya, benarkah YS tidak mengetahui ada kereta api lewat, dan sama sekali tidak mendengar peringatan dari masinis ? Polisi masih memeriksa kasus tersebut. Tujuanya agar kasus serupa tidak terulang.
Baca Juga: Hasto tuduh Jokowi gunakan penegak hukum untuk intimidasi, begini jawaban Istana
Kasus ini sekaligus menjadi pelajaran bagi masyarakat untuk lebih berhati-hati ketika nongkrong di kawasan dekat perlintasan kereta api. Sebab, seperti kasus di atas, korban sudah berulang kali diperingatkan namun tidak tahu dan tetap cuek. Mengapa bisa demikian ?
Rasanya tidak masuk akal bila korban tidak mendengar peringatan masinis. Atau, jangan-jangan korban sedang melamun atau tidak konsentrasi sehingga tidak mengetahui datangnya kereta api. Inipun tetap menimbulkan kejanggalan. Sebab, kereta api datangnya cepat dan mengeluarkan suara bergemuruh. Siapapun yang berada di tempat itu akan mendengar dan menyingkir. Namun YS tidak, malah cuek saja.
Barangkali polisi perlu memeriksakan pendengaran YS, apakah mengalami penurunan signifikan sehigga tidak mengetahui bila ada kereta api lewat ? Atau kalau orang yang percaya dengan klenik, boleh jadi di tempat tersebut ada penunggunya, semacam makhluk gaib yang sering mengganggu manusia. Untuk hal yang disebut terakhir ini agaknya diabaikan saja, karena tidak ada penjelasan ilmiahnya.
Baca Juga: Semarakkan Hari Kemerdekaan, Bulog DIY gelar Bulog Siaga Merdeka, begini suasananya
Dalam kasus di atas, YS tentu harus diposisikan sebagai korban, karena tidak ada orang yang membujuk atau memberi kesempatan yang bersangkutan untuk menabrakkan diri ke kereta api. Bahwa dia tidak mendengar peringatan dari masinis, nampaknya perlu diperiksakan apakah yang bersangkutan mengalami gangguan pendengarannya.
Yang jelas, untuk mengantisipasi kejadian serupa, masyarakat harus wasapada tidak berdiri atau duduk di dekat perlintasan kereta api. Sebab, suatau saat boisa mencelakakannya. (Hudono)