HARIAN MERAPI - Berjiwa pemaaf kan membawa kepada hati yang bersih penuh ketenangan. Al-Quran secara tegas menyatakan bahwa salah satu kriteria calon penghuni surga
adalah orang-orang yang mampu menahan amarah dan mudah memberikan maaf atas
kesalahan orang lain.
Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala: “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain.” (QS. Ali Imran; 3:133).
Memohon ampun kepada Allah SWT tidak hanya dilakukan karena seseorang telah terjerumus ke dalam sebuah perbuatan dosa besar, tetapi juga ketika seseorang merasa kurang maksimal dalam beribadah.
Baca Juga: Sejarah Kabupaten Boyolali berhubungan dengan ceritera Ki Ageng Pandan Arang
Sebagai contoh, sujud sahwi adalah upaya untuk memohon ampun kepada Allah SWT atas
kelupaan atau kekurangan dalam shalat yang dilakukan seseorang.
Bahkan Baginda Nabi Muhammad SAW, sang al-insan al-kamil dan orang yang maksum dari dosa, senantiasa memohon ampun kepada Allah dengan beristigfar sebanyak seratus kali di setiap harinya, tanpa lelah dan jemu-jemunya.
Dendam atau amarah bukanlah sikap yang dapat menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi oleh seseorang. Sebaliknya justru akan membuat permasalahan yang dihadapi bertambah rumit, menyiksa diri dan melemahkan ikatan persaudaraan.
Berjiwa pemaaf yang ujudnya mudah menahan marah dan memaafkan kesalahan orang lain memang tidak mudah, perlu untuk dilatihkan setiap saat. Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala: “Dan memaafkan (kesalahan) orang. Dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (QS. Ali Imran; 3:134).
Baca Juga: Pengalaman berkunjung ke Museum Prasejarah Song Terus di Pacitan jadi lebih bermakna
Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan” (QS. Ali Imran; 3:133-134).
Pribadi pemaaf yang mampu menahan amarah dan memaafkan kesalahan orang lain, telah
dijanjikan surga di akhirat kelak.
Jiwa pemaaf memang bukan merupakan sifat yang instan pada diri seseorang, melainkan suatu sifat yang tumbuh dalam diri seseorang ketika orang tersebut telah terbiasa melatih dirinya secara terus-menerus untuk dapat memberikan maaf dan juga meminta maaf.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala adalah Maha Pemaaf, dan kita sebagai hamba-Nya sudah
selayaknya untuk selalu berusaha meniru sifat yang utama itu.
Baca Juga: Sultan Teken Instruksi Gubernur tentang Pengendalian Miras di DIY, Layanan Antar Online Dilarang!
Sebagaimana firman-Nya: “Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. Az-Zumar; 39:53).