BISNIS apa yang paling menguntungkan ? Jawabnya tentu berbeda-beda tergantung persepsi masing-masing. Sementara bagi dua residivis ini, bisnis yang dianggap menguntungkan adalah narkoba. Mereka adalah RF dan MGR, keduanya merupakan residivis. Polisi menangkap mereka di dua lokasi berbeda. RF ditangkap di Banyubiru, sedang MGR di Kendal. Kini mereka sedang menunggu proses hukum selanjutnya.
Setiap bisa menjual satu paket dengan berat sekitar setengah gram, pelaku bisa mengantongi Rp 400 ribu. Dalam penangkapan tersebut polisi berhasil menyita sabu seberat 23, 59 gram yang kemudian dijadikan barang bukti. Sejauh ini polisi masih memburu bandarnya. Mereka terancam hukuman maksimal 12 tahun penjara berdasar UU No 35 tahun 2009 tentang Narkotika.
Kita tentu memberi apresiasi yang tinggi kepada jajaran Satres Narkoba Sleman yang berhasil membongkar kasus tersebut. Namun diduga, mereka merupakan jaringan terorganisir, sehingga polisi masih harus mengembangkan kasus tersebut. Ironisnya, narkoba tersebut diedarkan di Yogya dan sekitarnya yang notaben merupakan kota pendidikan.
Baca Juga: Terpidana kasus 'kopi sianida' Jessica Kumala Wongso keluar dari penjara
Yogya kini bukan lagi tempat transit peredaran narkoba, namun sudah menjadi tujuan peredaran narkob seiring longgarnya pengawasan terhadap anak. Apalagi, dalam transaksi mereka makin praktis, tak perlu ketemu langsung, namun cukup berhubungan melalui WA atau medsos lainnya. Transaksi pun menjadi lebih praktis karena tak harus bertemu langsung.
Demikian pula dengan kasus di atas, kedua pelaku memasarkan paketan narkoba melalui media sosial. Jadi, medsos hanya dijadikan alat untuk memperlancar aksi mereka. Namanya alat, medsos bisa digunakan untuk hal-hal positif, bisa pula untuk hal-hal negatif. Ibaratnya sebuah pisau bermata dua, bisa digunakan untuk membunuh, namun bisa pula untuk mengiris bawang dan sebagainya.
Melihat maraknya peredaran narkoba di Yogya dan sekitarnya memang membuat kita miris. Tapi melihat kenyataan tersebut, tak boleh putus asa, apalagi sasaran umumnya remaja, termasuk siswa atau pelajar. Bisa jadi, mereka menjadi anak yang pendiam dan nurut ketika berada di rumah, namun begitu keluar rumah, kembali liar, bebas, seolah tidak ada aturan.
Baca Juga: Begini momen ketika Presiden Jokowi hadiahi AHY dan istri sepeda gunung, ternyata ini alasannya
Dalam memberantas narkoba, pemerintah harus menggandeng stakeholders, termasuk pers yang notabene punya tekad untuk bertindak profesional dan keberpihakan pada orang-orang miskin yang tak memiliki akses mendapatkan keadilan. (Hudono)