Kedelapan, pengikut Nabi secara menyeru ke jalan Allah dengan baik. Firman Allah SWT:
“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan kebajikan, dan berkata, “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang muslim (yang berserah diri)? Tidaklah sama kebaikan dengan kejahatan. Tolaklah (kejahatan) dengan perilaku yang lebih baik sehingga orang yang ada permusuhan denganmu serta-merta menjadi seperti teman yang sangat setia.” (QS. Al-Fushshilat; 41:33-34).
Kesembilan, Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad SAW agar menyeru kaumnya
supaya jangan berpecah-belah seperti Ahli Kitab.
Firman Allah SWT: “Oleh karena itu, serulah (mereka untuk beriman), tetaplah (beriman dan berdakwah) sebagaimana diperintahkan kepadamu (Nabi Muhammad), dan janganlah mengikuti keinginan mereka. Katakanlah, “Aku beriman kepada kitab yang diturunkan Allah dan aku diperintahkan agar berlaku adil di antara kamu. Allah Tuhan kami dan Tuhan kamu. Bagi kami perbuatan kami dan bagimu perbuatanmu. Tidak (perlu) ada pertengkaran di antara kami dan kamu. Allah mengumpulkan kita dan kepada-Nyalah (kita) kembali.” (QS. Asy-Syura; 42:15).
Kesepuluh, orang-orang beriman adalah penolong agama Allah SWT, sebagaimana Firman-
Nya: “Wahai orang-orang yang beriman, jadilah penolong-penolong (agama) Allah sebagaimana Isa putra Maryam berkata kepada pengikut-pengikutnya yang setia, “Siapakah para penolongku menuju kepada (pertolongan) Allah?” Para pengikutnya yang setia itu berkata, “Kamilah penolong-penolong (agama) Allah.” Maka, segolongan dari Bani Israil beriman dan segolongan (yang lain) kufur. Lalu, Kami menguatkan orang-orang yang beriman menghadapi musuh-musuh mereka sehingga menjadi orang-orang yang menang.” (QS. Ash-Shaff; 61:14).
Kesebelas, Tugas Nabi Musa AS ialah supaya pergi kepada Fir'aun dan menasihatinya karena Fir'aun sudah melampaui batas, berlaku sombong terhadap Bani Israil dan memperbudak mereka
dengan kekejaman yang luar biasa dan di luar peri kemanusiaan.
Firman Allah SWT: “Pergilah engkau kepada Fir‘aun! Sesungguhnya dia telah melampaui batas. Lalu, katakanlah (kepada Fir‘aun), ‘Adakah keinginanmu untuk menyucikan diri (dari kesesatan). dan aku akan menunjukimu ke (jalan) Tuhanmu agar engkau takut (kepada-Nya)?’” (QS. An-Nazi’at; 79:17-19).
(Oleh : Dr. Drs. H. Khamim Zarkasih Putro, M. Si, Dosen FITK UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Ketua Dewan Pendidikan Kota Yogyakarta, Ketua 3 Ikatan Cendekiawan Muslim Se-Indonesia (ICMI) Orwil DIY) *