Ketiga, Ibrahim AS mendidik keterbukaan kepada anaknya. Masalah yang dihadapi
disampaikan kepada anak, apalagi kalau masalah yang itu berkaitan dengan nasib anak itu sendiri.
Keterbukaan itu penting dalam mendidik anak, sehingga ketika anak menghadapi masalah dalam
hidupnya akan dapat memecahkannya dengan cara yang bertanggungjawab. Selain itu, anak akan mengerti permasalahan yang dihadapi orang tua, sehingga dirinya tidak terlalu banyak menuntut sesuatu yang sebenarnya bukan menjadi kebutuhannya.
Keempat, Ibrahim mendidik anaknya agar memiliki keberanian. Hal ini dapat dicermati ketika
Ibrahim menyampaikan tentang mimpinya untuk menyembelih putranya Ismail. Dengan penuh
keberanian, Ismail menyatakan: “Wahai ayahku, lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah)
kepadamu! Insyaallah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang sabar.” (QS. Ash-Shaffat; 37:102).
Pernyataan Ismail itu memberikan gambaran tentang pentingnya keberanian itu ditampilkan
meskipun jiwanya sendiri yang terancam. Dengan pendidikan itu, maka anak akan terlatih untuk
memiliki keberanian dalam menghadapi berbagai macam permasalahan kehidupan. (Oleh: Dr. H. Khamim Zarkasih Putro, M. Si, Ketua Dewan Pendidikan Kota Yogyakarta, Ketua Keluarga Alumni Pascasarjana UGM KAPASGAMA) *