HARIAN MERAPI - Ibadah Kurban yang akan kita lakukan beberapa saat ke depan, ketika dilaksanakan dengan penuh penghayatan dapat memupuk sifat mahmudah yang berupa ketaatan, ketundukan atas perintah-Nya, pemurah terhadap sesama, bertaubat, menambah rasa syukur, dan lainnya.
Setidaknya ditemukan ada delapan nilai tarbiyah yang didapatkan dalam ibadah kurban; yakni:
Pertama, pendidikan keimanan. Buah dari keimanan mereka adalah melaksanakan perintah
penyembelihan dari Allah SWT. Mereka siap untuk melakukan apa saja yang diperintahkan Allah, termasuk mengorbankan orang yang disayangi bahkan nyawanya sekalipun.
Baca Juga: Gelar Kegiatan Positif, GPS Gelar Lomba Karnaval Takbir di Candibinangun Pakem, Simak Jadwalnya
Dengan demikian, dapat diketahui bahwa suatu ibadah akan mudah terlaksana bila dilandasi dengan iman yang kuat. Sejauh mana ketaatanmu, maka sejauh itu pula lah keimananmu. Jangan tanyakan posisimu di sisi Allah, tetapi ketahui di mana posisi Allah di dirimu. Di manapun posisi Allah di dirimu, maka di situ pula lah Allah memposisikanmu di sisinya.
Kedua, nilai pendidikan akhlak. Nilai pendidikan akhlak yang terkandung dalam sejarah
ibadah kurban, dapat dilihat dari beberapa sikap Ibrahim sekeluarga dalam merespons perintah penyembelihan dari Allah SWT,
yaitu: Doa Ibrahim kepada Allah SWT. agar dikaruniakan anak yang saleh, sikap Ismail setelah mendengarkan perintah penyembelihan dari Allah SWT, kepatuhan Hajar kepada Allah dan suaminya ketika digoda oleh setan untuk menghentikan Ibrahim melakukan penyembelihan terhadap anaknya.
Ketiga, nilai pendidikan kesabaran. Nilai pendidikan kesabaran yang dicontohkan dalam
sejarah ibadah kurban adalah ketabahan hati Ibrahim sekeluarga dalam menerima ujian dari Allah berupa perintah penyembelihan anaknya.
Sejarah tersebut mengindikasikan bahwa sabar itu hanya berlaku untuk ketetapan Allah yang tidak sesuai dengan keinginan kita. Orang yang sabar bukan berarti selalu menunggu dengan berdiam diri tanpa langkah yang pasti, melainkan selalu aktif dalam merancang segala tindakannya dan cenderung tidak tergesa-gesa dalam mengambil sikap dan keputusan.
Keempat, nilai pendidikan tawakal. Nilai pendidikan tawakal yang terkandung dalam sejarah
ibadah kurban ditunjukkan ketika Ibrahim bersiap menyembelih Ismail dan Ismail berada pada posisi bersiap untuk disembelih, keduanya berserah diri kepada Allah SWT.
Tawakal itu bukan akhir dari ikhtiar saja, tetapi mengawali ikhtiar, menemani ikhtiar, dan mengakhiri ikhtiar, sehingga tawakal itu dapat menjadi penyemangat kekuatan lahiriah dan pengokoh kekuatan batiniah. Orang tawakal tinggi semangat kerjanya, tidak mudah putus asa dan jauh dari rasa kecewa.
Kelima, nilai pendidikan keikhlasan. Nilai pendidikan keikhlasan yang ditunjukkan dalam
sejarah ibadah kurban adalah keikhlasan Ibrahim sekeluarga dalam menjalankan perintah Allah.
Baca Juga: MUI : Pengucapan salam yang berdimensi doa khusus agama lain oleh umat Islam hukumnya haram
Ibrahim dan Hajar ikhlas mengurbankan anaknya, Ismail ikhlas disembelih sebagai kurban kepada Allah SWT. Hal ini tentu lahir karena kecintaan hamba terhadap Tuhannya. Jadi, keikhlasan dapat muncul bila ada cinta atau kasih sayang.