“Apabila kamu diberi musibah oleh Allah, maka ucapkanlah do’a “Allahumma jurni fi musibati wa akhlif li khairan minha” (Ya Allah, berilah aku pahala dalam musibah ini, dan gantikanlah bagiku dengan sesuatu yang lebih baik daripadanya)” HR. Muslim, Ibnu Majah, Malik, dan Ahmad bin Hanbal.
Selain memohon pahala dari musibah yang dihadapi, juga dianjurkan memohon agar musibah itu berakhir dari dirinya, sebagaimana permohonan Nabi Ayub AS ketika mengalami musibah penyakit yang berkepanjangan:
“Dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika ia menyeru Tuhannya : (Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang. Maka kami pun memperkenankan seruannya itu, lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan Kami lipat gandakan bilangan mereka sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadi peringatan bagi semuayang menyembah Allah”. (QS. Al-Anbiya’; 21:83-84).
Ketiga, bersikap sabar dan tidak putus asa dalam menghadapi musibah, karena dengan kesabaran itulah seseorang mendapatkan pahala dari musibah yang menimpanya.
Bersikap sabar dalam menghadapi semua bentuk kesulitan dan tantangan telah banyak diajarkan oleh Al-Quan dan Hadist Nabi Muhammad SAW seperti firman-Nya:
“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas” (QS. Az-Zummar, 39:10). Dalam ayat yang lain : “Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”. (QS. Al-Baqarah; 2:153). (Oleh : Dr. H. Khamim Zarkasih Putro, M. Si)