Di sana ia bisa melihat banyak tergantung kepala kerbau yg dipasang di tembok.
Selain itu, kamar Mbah Tamin banyak dihiasi kain merah, bau kemenyan tercium sampai menusuk hidung.
Mbah Tamin, kemudian melangkah masuk.
ia menyuruh Dini duduk di depannya, membiarkan Sri berada di samping Dini.
"Awakmu bakal ndelok kebon tebu, golekono wong sing mok temoni nang kunu, tutno, nang ndi wong iku engkok longgoh (Nanti, kamu akan melihat kebun tebu, di sana ada orang, cari dan ikuti dia, sampai ia duduk di sebuah tempat),"
Mbah Tamin kemudian meminta Dini meminum air degan hijau, memijat-mijat kepalanya, sambil mengusap asap kemenyan.
Masih sambil komat-kamit, melafal sesuatu yang tidak Sri dengar dengan jelas, Mbah Tamin menghantam kepala Dini dengan telapak tangannya.
Sri tiba-tiba hilang kesadaran, tersungkur pingsan, pulas, sangat pulas, seperti kena bius.
"Sri, tolong jogo dini, mbah kate metu (Sri tolong jaga Dini, mbah, mau keluar dulu)," Mbah Tamin lalu pergi.
Sementara Dini, masih saja tersungkur pingsan, di dahinya, ia terus berkeringat.
Berkali-kali, perempuan itu tampak seperti orang yg meracau, mengatakan sesuatu seperti "peteng (gelap),"
Sri, ia dengan telaten, membersihkan keringat Dini, juga membantu Dini agar bisa tidur dengan posisi yg benar.
Baca Juga: Benarkah Vaksin Covid-19 Dapat Mengubah DNA Manusia, Ini Faktanya