Pagi itu, serombongan orang datang, mereka adalah keluarga, sekaligus panitia KKN yang sudah mendengar cerita Pak Prabu.
Bima dan Ayu masih sama, terbaring lumpuh dengan mata melotot, dan satunya kejang dengan kaki menendang-nendang.
Mereka dijemput paksa, KKN mereka di desa itu dicoret.
Baca Juga: KKN di Desa Penari (Versi Widya) Bagian 20: Kagetnya Widya Lihat Bima Lakukan Ini di Tapak Tilas
Pihak keluarga Bima dan Ayu marah besar, mereka tidak terima dengan kondisi anaknya.
Bahkan pihak kampus juga kena, karena kasusnya benar-benar hampir dibawa ke media nasional.
Widya dan Nur memohon agar Bima dan Ayu dibiarkan tinggal sementara waktu di desa, agar Mbah Buyut bisa mengupayakan kesembuhannya.
Namun, pihak keluarga mereka tidak mau lagi, Bima dan Ayu tetap dibawa pulang.
Widya dan Nur pun tidak bisa berbuat apapun, mereka pasrah.
Kisah berlanjut pada nasib Bima dan Ayu.
Baca Juga: KKN di Desa Penari (Versi Widya) Bagian 19: Tempat Terlarang Itu Bernama Tapak Tilas
Ayu terus saja terbaring lumpuh dengan mata melotot tidak bisa menutup, Widya mendengar cerita dari ibunya Ayu, jika mata ayu kadang meneteskan air mata.
Tapi, setiap ditanya, dia hanya diam, dan Ayu meninggal dunia setelah 3 bulan dirawat.
Sementara Bima, ia meninggal dunia juga, sebelum Ayu, dan malam sebelum meninggal, Bima teriak minta tolong.
Ketika ditanya, Bima hanya berteriak ular, ular, ular. Sungguh akhir kisah yang memilukan.*