HARIAN MERAPI- Menulis cerita untuk anak-anak berbeda jauh jika dibandingkan menulis cerita untuk orang dewasa. Kategori dewasa bisa digeneralisir, misalnya mulai umur 18 tahun sampai tak terbatas.
Sedangkan cerita untuk anak-anak harus dipilah-pilah umurnya, tak bisa digeneralisir mulai umur 6 hingga 13 tahun saja. Karena daya kemampuan anak menangkap kemauan pengarang berbeda-beda.
Hal tersebut dipaparkan praktisi penulis Bahasa Jawa/Bahasa Indonesia, Budi Sardjono saat menjadi pemateri workshop penulisan cerita anak di Gubuk Nyawang Giri, Pakem, Sleman, akhir pekan lalu.
Baca Juga: Ini yang harus dilakukan orang tua bila anak menjadi pelaku perundungan
Dijelaskan pula oleh Budi, ketia ia dan tim kurator diminta oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) untuk mengkurasi sekitar 2.000 judul buku, maka khusus untuk buku bacaan anak-anak diklasifikasi menjadi tiga, yaitu:
Kelompok A: untuk usia/jenjang TK – kelas 1 SD. Satu gambar/ilustrasi caption maksimal 3 kata dan satu kalimat maksimal 5 kata.
Kelompok B: untuk usia/jenjang kelas 2 SD – 5 SD. Satu gambar/ilustrasi caption maksimal 5 kata dan satu kalimat maksimal 8 kata.
Kelompok C: untuk usia/jenjang kelas 6 SD – 2 SMP. Satu gambar/ilustrasi caption maksimal 8 kata dan satu kalimat maksimal 10 kata.
“Maksud dan tujuan pengelompkan tersebut sekadar untuk mengingatkan pengarang akan kemampuan daya tangkap atau daya serap anak-anak pada jumlah kosa kata,” terangnya.
Baca Juga: Ini peran orang tua untuk mencegah perundungan, begini kata psikolog
Masih menurut Budi, ketika pengarang cerita anak disuruh memaparkan gagasannya tentang cerita yang akan ditulis, yang spontan muncul biasanya ‘harta karun’ masa kecil.
Yakni, dongeng Kancil Nyolong Timun dan segala variasinya. Juga dongeng semacam Timun Mas, Jaka Tarub, Cinderela, Aladin dan Lampu Ajaib, Karpet Terbang, dan lain-lain.
“Sehingga tak heran, jika fabel atau dunia binatang masih mendominasi buku-buku cerita anak yang ada di pasaran. Jarang pengarang berani menggali pengalaman nakal, seru, penuh petualangan pada masa kecilnya,” urai Budi.
Ditambahkan, Balai Bahasa Yogyakarta (BBY) pada tahun lalu menunjuk 10 penulis cerita anak ‘senior’ untuk menambah jumlah 87 pemenang lomba. Kepada 10 penulis tersebut diberi 10 buku lama terdiri dari serat, babad, dan cerita.
Baca Juga: Beredar kabar ulat bulu mematikan, begini penjelasan Polres Pamekasan