'Shogun' serial drama yang memperlihatkan sisi lain, antara tahta, harta, dan cinta

photo author
- Senin, 12 Februari 2024 | 22:00 WIB
Potongan adegan dari serial drama sejarah terbaru “Shogun” di layanan Disney+.  (ANTARA/imdb)
Potongan adegan dari serial drama sejarah terbaru “Shogun” di layanan Disney+. (ANTARA/imdb)

Baca Juga: 2.600 orang saksi Pemilu 2024 dari PDIP di Kulon Progo dapat asuransi dari BPJS Ketenagakerjaan

Gambaran peran perempuan di masa lalu

Selain menyorot Toranaga, serial “Shogun” juga membahas tangguhnya para perempuan di masa lampau, khususnya di era Jepang 1600-an. Salah satunya Mariko, yakni salah satu keluarga Toranaga sekaligus penerjemah antara Toranaga dan Blackthorne.

Pembawaannya yang tenang, anggun, dan cerdas ini berhasil meredakan ketegangan yang kerap terjadi di antara Toranaga dan Blackthorne. Tidak segan Mariko berusaha mengupayakan keadilan dalam setiap tindakan yang dilakukannya.

Sayangnya, kecemerlangan Mariko dalam membantu Toranaga disambut negatif oleh sang suami, Toda Hirokatsu atau Buntaro. Buntaro yang memiliki pemikiran patriarki ini tidak ingin membuat Mariko bersinar lebih terang darinya, sehingga konflik antara keduanya pun tidak dapat dihindari.

Buntaro merupakan gambaran pria masa lalu yang kebanyakan, tidak semua, memandang perempuan berada di bawah level mereka. Bagi pria seperti Buntaro, perempuan haruslah tinggal di rumah, bekerja selayaknya ibu rumah tangga pada umumnya dan menjauhi dunia politik.

Baca Juga: Sembilan ayat Al-Quran tentang kecenderungan masyarakat yang positif, di antaranya kaum yang bersyukur

Kenyataan pahitnya, pria seperti Buntaro masih banyak ditemukan di era modern saat ini. Padahal, sudah banyak orang yang menyuarakan kesetaraan gender (pria dan perempuan) dan kebebasan untuk para perempuan di seluruh dunia.

Tidak hanya Mariko, perempuan lain di serial “Shogun” juga digambarkan sebagai sosok tangguh dan pemberani dalam menyikapi berbagai hal. Ada Usami Fuji (Moeka Hoshi) yang baru saja menjanda karena kematian suami dan anaknya, sehingga harus bertahan dalam menemukan tujuan baru di tengah perjuangan Toranaga selaku pemimpinnya.

Jangan lupakan Ochiba no Kata, yakni perempuan di balik kemelut politik antara Toranaga dan Dewan Bupati. Meskipun berseberangan idealisme dengan Toranaga, Ochiba no Kata adalah salah satu perempuan pemberani dan “nekat” yang sebenarnya jarang ditemukan di era Jepang masa lampau.

Serial “Shogun” dengan apik menampilkan kekuatan antara pria dan perempuan dalam proporsi sama. Penonton pun tidak akan bosan dengan berbagai sentimen politik yang ada di dalamnya, sehingga “Shogun” sangat layak untuk ditonton saat waktu luang.

Baca Juga: Diduga Depresi, Kakek 86 Tahun Gantung Diri di Gunungkidul, Ditemukan Istrinya Saat Pulang dari Ladang

Antara tahta, harta, dan cinta

Selain menampilkan kemelut politik antara Toranaga dan lawan politiknya, “Shogun” juga memperlihatkan sisi lain dari pemerintah Jepang masa lampau yang kerap mengambil keuntungan pribadi dari masalah tersebut.

Alih-alih menjaga kestabilan negara demi warganya, nyatanya para pemimpin yang digambarkan di serial “Shogun” hanya mementingkan jabatan dan kekayaan yang bisa dipertahankan atau diambil oleh mereka. Lagi-lagi serial ini memperlihatkan betapa bobroknya sistem politik di suatu negara, jika oknum pejabat di dalamnya hanya bernafsu untuk memikirkan keuntungan pribadi semata.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Widyo Suprayogi

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X