Arca Ditemukan di Ngemplak, BPCB DIY: Harusnya ada 5

photo author
- Kamis, 30 Januari 2020 | 09:09 WIB
29candi2
29candi2

NGEMPLAK (MERAPI)- Duah buah arca dan puluhan batu bongkahan candi ditemukan warga Kalijeruk saat tengah membuat kolam pembuangan limbah peternakan sapi di Dusun Kalijeruk, Desa Widodomartani, Kecamatan Ngemplak, Selasa (28/1) lalu.
Penemuan candi pertama kali diketahui oleh warga setempat, Suprihatin (49) bersama warga lain saat membuat kolam pembuangan limbah menggunakan eskavator. Setelah dua jam menggali, Suprihatin melihat bongkahan batu yang tertutupi lumpur dan rumput, kemudian meminta eskvator untuk berhenti.
"Saat mas Yuli (operator eskavator) itu mengeruk tanah, saya melihat ada bongkahan batu tapi terselimuti lumpur dan rumput. Lalu saya minta untuk berhenti dulu dan mengecek benda itu," ungkapnya saat ditemui Rabu (29/1).
Benda yang masih tertutup lumpur itu, kemudian dibersihkan menggunakan air. Saat sudah bersih warga menduga batu itu adalah arca, dan segera melaporkan hal tersebut kepada Polsek Ngemplak.

"Setelah kita siram air, kami duga itu arca. Lalu kita lapor ke Polsek Ngemplak, dan petugas datang kesini. Lalu ditemukan lagi batu-batu candi yang dijadikan pondasi talud di antara peternakan dan lokasi pembuatan limbah," ujarnya.
Kapolsek Ngemplak, Kompol Wiwik Haritulasmi, menuturkan penemuan benda diduga arca tersebut saat melakukan proses penggalian di kedalaman 4 meter. Warga yang menemukan benda itu, lantar membawa ke Polsek Ngemplak untuk diamankan.
"Kemarin ditemukan warga sekitar pukul 11.00, saat warga akan membuat kolam dengan menggunakan eskavator. Kemudian kami amankan dulu di polsek sambil menunggu tim dari museum purbakala," tuturnya.

Sementara, tim Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) DIY yang datang ke lokasi penemuan, membenarkan jika kedua benda tersebut adalah arca. Arca berjenis Nandi dan Agastya tersebut adalah peninggalan zaman Mataram kuno yang yang diduga telah ada sejak 800 masehi.
"Kalau kita lihat dari sisi konografi itu arca Hindu. Itu arca Nandi sama Agastya, dari ciri-cirinya Agastya itu membawa kendi, perutnya gendut dan lebih ke (bentuk) orang tua. Yang satunya jelas Nandi (sapi). Usinya sekitar Abad ke 9 sekitar 800 masehi, sezaman dengan yang ada di candi Gedulan, Candi Kimboan, candi Morangan," terang KA Unit Penyelamatan, Pengembangan dan Pemanfaatan BPCB DIY, Muhamad Taufik.

Terkait dengan keberadaan arca dalam susunan candi, dijelaskan Taufik, jika peletakan arca menempel pada dinding candi. Terdapat satu buah arca yang menempel pada dinding candi di setiap arah mata angin.
"Posisinya ditempel di dinding candi. Seharusnya ada lima, Agastya, Nandisuara, Dorka, Ganesha dan Makala. Harus ada lima di semua mata angin, tapi ini hanya ada satu yang ditemukan. Berarti masih ada 4 lagi yang belum ditemukan," ujarnya.
Dilanjutkan Taufik, selain menemukan arca, juga ditemukan bongkahan batu yang diduga merupakan struktur candi. Namun penemuan bongkahan batu tersebut sudah menjadi pondasi talud aliran air menuju ke pertanian warga.

"Untuk batu batu itu diduga sebagai struktur badan candi dari kaki candi, badan candi, sampai atap candi. Cuma belum bisa dipastikan itu bagian mana saja. Kalau dilihat daerah penemuan dulunya ada candi, buktinya ada batu penyusunan ada arcanya, cuma besarnya bagaimana, baru bisa dibuktikan saat eskavasi dan penelitian nanti," pungkasnya.
Saat ini dua buah arca tersebut telah diserahkan oleh Polsek Ngemplak kepada tim BPCB DIY. Nantinya tim BPCB akan melakukan eskavasi untuk meneliti lokasi penemuan arca tersebut.
Ditambahkan Taufik, rencana eskavasi tidak bisa dilakukan dalam waktu dekat ini mengingat kendala cuaca yang masuk musim penghujan.

Dijelaskan Taufik, metode yang akan dilakukan saat eskavasi salah satunya dengan metode grid atau menggali kotak. Nantinya kotak berukuran 2 x 2 meter akan digali dengan kedalaman bisa mencapai 7 meter.
"Jadi nanti kita buat grid (kotak), ada sistem untuk menggali per 15 sentimeter. Tujuannya supaya saat kita menemukan benda, dia berada di tanah mana. Dari lapisan tanah itu bisa ditentukan berapa usianya (benda temuan). Dan itu bisa kedalaman 4 sampai 7 meter," terangnya.
Dalam proses eskavasi, tim akan mencoba berkomunikasi terlebih dahulu dengan warga atau pemilik tanah. Komunikasi tersebut berkaitan dengan apakah harus disewa atau memang dari warga tidak membebankan biaya saat proses penelitian.

"Kalau proses eskavasi nanti kita lakukan selama 10 hari. Untuk luasannya kita sewa dulu (tanahnya). Tapi kalau masyarakatnya boleh merelakan, ya gak masalah. Tapi kita ada anggaran untuk menyewa lahan. Hanya 10 hari kita sewa dan kita kembalikan," tambahnya.
Lokasi tanah penemuan arca dan bongkahan batu candi itu merupakan tanah kas desa. "Jika nantinya selama proses eskavasi ditemukan hasil yang signifikan, tanah tersebut akan dibebaskan," imbuhnya.
Meskipun sudah ditemukan adanya bukti awal dugaan adanya peradaban candi di wilayah tersebut, tempat tersebut tidak disterilkan. Warga juga masih bisa yang melakukan pengerjaan kolam, namun diminta untuk melapor jika kembali menemukan benda mencurigakan.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: admin_merapi

Rekomendasi

Terkini

KPK OTT Bupati Bekasi Ade Kuswara Kunang

Jumat, 19 Desember 2025 | 06:00 WIB
X