HARIAN MERAPI - Pandemi Covid-19 telah mengakibatkan krisis global yang melibatkan berbagai sektor industri, termasuk UMKM. Dampaknya, penurunan aktivitas ekonomi, hilangnya lapangan kerja hingga perubahan pola konsumsi masyarakat.
Pemberlakuan pembatasan sosial, penurunan daya beli, perubahan pola konsumsi dan kesulitan operasional dan finansial menjadi kenyataan yang sulit dihindari. UMKM harus mampu menyesuaikan diri dengan kondisi ini dan mengadopsi inovasi untuk tetap bertahan dan berkembang.
Menyikapi hal itu mahasiswa Magister Manajemen Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta yakni Edi Nurgiyantoro, Hendra Jati, Lipursari, Halimah Trisayuni dan Nur Almuna memberikan konsep Tringa Tamansiswa.
Baca Juga: Terpaksa mencuri untuk hidup, pekebun miskin dijatuhi vonis bersalah PN Kuala Simpang
Hal itu merujuk semangat kepemimpinan, kemandirian dan kewirausahaan yang ditanamkan pendiri Tamansiswa, Ki Hajar Dewantara. Memiliki potensi pendekatan kuat dalam memulihkan dan meningkatkan potensi UMKM di Yogyakarta.
Konsep Tringa terdiri dari ngerti (mengetahui), ngrasa (memahami) dan nglakoni (melakukan). Kendati demikian tidak cukup hanya dengan konsep tersebut, tetapi juga memerlukan tindakan konkret (ngelakoni).
"Pemilihan tindakan dan keputusan yang diambil perlu dilakukan dengan penuh kesadaran, hati-hati, dan tanggung jawab," kata Edi, dalam pers rilisnya, Selasa (6/6).
Konsep Tringa pertama, UMKM dihadapkan tantangan yang kompleks dalam menjalankan operasional. Salah satu tantangan yakni keterbatasan modal yang menghambat kemampuan untuk mengembangkan bisnis dan memenuhi kebutuhan operasional.
Perubahan perilaku konsumen juga menjadi faktor yang mempengaruhi UMKM. Perubahan dalam rantai pasokan juga menjadi hambatan bagi UMKM dalam mendapatkan bahan baku dan menjaga ketersediaan produk. Tantangan ini memerlukan langkah strategis dan inovatif.
Kedua ngrasa menempatkan kemandirian, inovasi, dan kolaborasi sebagai pilar utama dalam operasional mereka. Strategi yang dilakukan ini merupakan penerapan dari konsep 'ngrasa' yang berarti merasakan atau memahami.
Pemilik UMKM memahami masalah yang dihadapi kemudian mencari jalan keluar dari hal tersebut. Melalui pendekatan kemandirian, mereka mengembangkan kemampuan untuk mandiri dalam hal produksi, pemasaran, dan manajemen bisnis.
Baca Juga: Sempat Dikeluhkan Masyarakat, Harga Telur Ayam di Sukoharjo Berangsur Turun
Selain itu, mereka juga mampu menghadapi perubahan perilaku konsumen dengan berinovasi dalam produk, menyesuaikan tawaran yang disesuaikan dengan kebutuhan pasar yang baru. Melalui kolaborasi dengan mitra bisnis dan komunitas lokal.
Ketiga Nglakoni, pelaku UMKM tidak hanya mengerti kondisi dampak dari pandemi saja, tetapi juga memahami bagaimana cara untuk menghadapi pandemi dan menerapkan langkah-langkah strategis.