HARIAN MERAPI - Di era teknologi informasi ini, guru bukan lagi sekadar mengajar dalam arti hanya menyampaikan ilmu pengetahuan kepada siswa. Kini, guru juga harus menjadi pengajar sekaligus pendidik.
Sebagai pendidik, maka peran guru bagi para muridnya menjadi semakin kompleks. Guru bukan sekadar sosok yang memiliki segudang ilmu pengetahuan tertentu yang siap ditimba oleh siswa.
Peran guru seperti itu sudah banyak diambil alih oleh teknologi pencari yang mampu menjawab semua pertanyaan dalam berbagai tema.
Guru yang berfungsi sebagai pendidik harus menjadi teladan, bahkan menjadi "teman" yang dapat dipercaya oleh anak muridnya untuk tempat mencurahkan perhatian alias curhat yang nyaman bagi para murid.
Seorang guru yang belum selesai dengan jiwanya sendiri tidak akan maksimal membersamai murid dalam tumbuh kembang jiwanya.
Baca Juga: Wamen Isyana Bagoes Oka bertemu ibu hamil dan antar MBG naik motor di Salatiga
Di luar tugas utamanya mengampu mata pelajaran di dalam kelas, guru juga merupakan orang tua siswa di sekolah yang bertanggung jawab, bukan hanya saat para siswa ada di lingkungan sekolah.
Guru yang ideal juga harus memastikan para muridnya memiliki perilaku yang baik hingga di luar sekolah, bahkan juga setelah mereka lulus dari sekolah.
Untuk menjadi ideal seperti itu ada prasyarat utama yang harus dipenuhi oleh seorang guru di luar syarat formal administratif, yaitu jiwa yang sudah dewasa atau dalam istilah populer sudah selesai dengan dirinya sendiri.
Pengertian guru yang sudah selesai dengan dirinya sendiri itu mencakup banyak aspek, selain kedewasaan jiwa, termasuk aspek ekonomi dan hubungan sosial.
Dari aspek ekonomi, seorang guru yang kebutuhan ekonominya belum selesai akan sulit memerankan diri sebagai sosok yang dekat dengan murid.
Baca Juga: Masih tunggu regulasi Pusat,Dewan Pengupahan Sukoharjo belum bahas angka sulan UMK 2026
Masalah ekonomi ini bukan hanya terkait dengan gaji yang mereka terima, terutama isu ini sangat dekat dengan para guru honorer atau yang belum diangkat menjadi pegawai negeri sipil (PNS).
Aspek ini lebih terkait dengan pengelolaan keuangan keluarga. Guru dengan status PNS, sekalipun, jika tidak mampu menerapkan pengelolaan keuangan secara rapi, juga tidak jarang yang terjebak pada masalah ekonomi.
Guru yang terhimpit oleh masalah keuangan keluarga ini tidak bisa diharapkan maksimal dalam menjalankan tugas pembimbingan paripurna kepada para muridnya.