Ia menekankan pentingnya kemandirian bangsa dalam hal pangan, energi, dan ekonomi hijau.
“Pertanian adalah fondasi peradaban. Lewat inovasi dalam teknologi benih, kita tidak hanya menanam tanaman, tetapi juga harapan dan ketahanan bangsa,” jelasnya.
Ia merujuk pada tiga misi utama dari Asta Cita: memperkuat kemandirian melalui swasembada, mendorong hilirisasi dan nilai tambah hasil pertanian, serta membangun ekonomi dari desa sebagai basis pemerataan.
Sementara, Prof. Sugeng Slamet mengangkat potensi besar Indonesia sebagai negara kepulauan yang kaya akan sumber daya alam dan mineral.
Baca Juga: Belasan pelajar SMP diamankan, tawuran antar pelajar di Salatiga digagalkan
Dalam pidatonya yang menggugah, ia menandaskan perlunya pengelolaan sumber daya berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi material maju untuk kepentingan sebesar-besarnya bagi kesejahteraan rakyat.
"Indonesia tidak kekurangan potensi. Kita hanya perlu pemahaman mendalam dan pengelolaan yang bijaksana untuk menjadikan kekayaan alam ini sebagai landasan pembangunan berkelanjutan,” tegasnya.
Pengukuhan dua Guru Besar ini menjadi simbol bahwa UMK tidak hanya fokus pada pertumbuhan institusional, tetapi juga pada penguatan kualitas sumber daya manusia sebagai agen perubahan.
Dengan bertambahnya dua Guru Besar ini, UMK kian memperkokoh posisinya sebagai kampus yang tidak hanya mencetak lulusan, tetapi juga melahirkan pemimpin pemikiran dan agen transformasi.
Baca Juga: Kasus Korupsi Alkes Dinkes Karanganyar, Kejari Karanganyar Tetapkan Dua Tersangka Lagi
Acara ini menegaskan bahwa UMK terus bergerak maju, memperkuat komitmennya dalam menjalankan tridarma perguruan tinggi: pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat.
Sebab pada akhirnya, pendidikan tinggi bukan hanya soal mencetak ijazah, melainkan membentuk karakter, nilai, dan kontribusi nyata bagi dunia. (Trq)