Orang tua harus tahu, masa remaja anak ternyata berisiko, simak hasil riset berikut ini

photo author
- Sabtu, 3 Mei 2025 | 19:00 WIB
Dr dr Bambang Susyanto SpA MKes saat memaparkan materi Pendampingan Tumbuh Kembang Remaja di Aula Kalurahan Donokerto, Turi, Sleman, Yogyakarta, Sabtu (3/5/2025). (Foto: Koko Triarko)
Dr dr Bambang Susyanto SpA MKes saat memaparkan materi Pendampingan Tumbuh Kembang Remaja di Aula Kalurahan Donokerto, Turi, Sleman, Yogyakarta, Sabtu (3/5/2025). (Foto: Koko Triarko)

HARIAN MERAPI - Orang tua harus tahu, jika ternyata masa remaja bagi anak itu berisiko. Hasil sebuah riset menyebut, kegagalan pada masa ini bisa berakibat jangka panjang.

Remaja menjadi masa penuh risiko menurut sebuah riset, karena pada fase ini terjadi perubahan biologis, seperti pubertas, psikososial atau eksplorasi identitas diri dan pembentukan hubungan interpersonal yang lebih kompleks.

Para remaja juga disebut berisiko menurut riset, karena pada tahapan usia ini mereka mulai berpikir abstrak, dan melihat dunia dari perspektif baru.

Baca Juga: Viral Kocak Warga Bogor Minta Damkar Tiup Lilin Bareng, Gegara Diputusin Pacar saat Ulang Tahun

Pada tahapan yang berisiko inilah, menurut riset pula para remaja perlu diberikan keseimbangan perspektif dengan pandangan positif, bahwa remaja juga penuh dengan kesempatan untuk meletakkan dasar kesuksesan di masa depan.

Dosen Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) Dr dr M Bambang Edi Susyanto SpA MKes, mengungkapkan hal tersebut dalam acara Pendampingan Tumbuh Kembang Remaja di Aula Kalurahan Donokerto, Turi, Sleman, Sabtu (3/5/2025).

Pendampingan Tumbuh Kembang Remaja kerja sama LPM UMY dan Kalurahan Donokerto, resmi dibuka oleh Lurah R Waluyo Jati, dihadiri puluhan warga remaja setempat, dan pengurus Forum Anak Donokerto (FORADO).

Dalam paparannya pula Dr dr M Bambang Edi Susyanto SpA MKes, mengemukakan jika masa remaja berisiko karena selama masa pubertas terjasi lonjakan hormonal.

Baca Juga: 4 Ayat memaafkan orang lain dan mengutamakan membalas berbuat baik pada yang menzalimi

Hal tersebut, menurutnya menyebabkan perubahan suasana hati yang ekstrem, mudah tersinggung, cemas, dan depresi.

Adapun faktor lain yang bisa meningkatkan risiko adalah tekana sebaya, opini dan ekspektasi terhadap terhadap teman sebaya. Kemudian, juga ketidakstabilan identitas diri, dan adakalanya remaja mencoba perilaku baru yang bisa berisiko.

"Selain itu, juga kurangnya dukungan emosional dari keluarga atau lingkungan sosial," jelas Dr dr Bambang Edi Susyanto SpA MKes.

Dosen asli Tegal, Jawa Tengah itu juga mengatakan, dalam acara Pendampingan Tumbuh Kembang Remaja pihaknya ingin agar para remaja mengenal apa itu luka psikologis, dan sosio-psikologis, serta bagaimana cara mengatasinya.

Baca Juga: Pendidikan prioritas utama pemutus mata rantai kemiskinan

Halaman:

Artikel Selanjutnya

Nyontek dan pendidikan karakter

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Swasto Dayanto

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X