Dosen UMY kenalkan wayang sebagai media pendidikan kewarganegaraan bagi diaspora Indonesia di Sabah Malaysia

photo author
- Jumat, 14 Februari 2025 | 13:14 WIB
Ratih menyerahkan tokoh wayang kulit kepada kepala sekolah SIKK di Sabah, Malaysia.  (Dok. UMY)
Ratih menyerahkan tokoh wayang kulit kepada kepala sekolah SIKK di Sabah, Malaysia. (Dok. UMY)

HARIAN MERAPI - Dosen Univeritas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) yang tergabung di tim pengabdian masyarakat Prodi Hubungan Internasional (HI) melaksanakan program Pengabdian Masyarakat kolaborasi Internasional.

Program tersebut diselenggarakan di Sabah Malaysia, tepatnya di Sekolah Indonesia Kota Kinabalu (SIKK), baru-baru ini. Sebagai ketua tim, yakni Dr. Ratih Herningtyas.

Sedangkan anggotanya terdiri dari Dr. Sugito, Sidiq Ahmadi, MA dan Zain Maulana, Ph.D. Tema yang diusung, yakni Bina Cinta Tanah Air untuk Diaspora Indonesia di SIKK.

Baca Juga: Dukung MBG, ini yang dilakukan BPOM untuk menjaga keamanan pangan dan uji produk

Kegiatan tersebut juga menggandeng Dr. Suzalie Mohamad dari Fakulti Sains Sosial dan Kemanusiaan Universitas Malaysia Sabah sebagai kolaborator internasional.

Dijelaskan Ratih, program pengabdian tersebut bertujuan menumbuhkan rasa cinta tanah air dengan memperkenalkan wayang kulit yang telah diakui UNESCO sebagai warisan dunia tak benda.

Bahkan bisa sebagai media ‘civic education’ atau pendidikan kewarganegaraan yang bertujuan untuk membentuk warga negara yang demokratis, bermoral, dan berjiwa nasionalis.

“Sebab, pendidikan kewarganegaraan menjadi krusial dalam membentuk karakter serta kesadaran kebangsaan para siswa agar siswa tetap memiliki keterikatan dengan Indonesia meskipun berada di luar negeri,” jelasnya.

Baca Juga: Festival Kuliner Nonhalal di Solo Jalan Terus, Pengunjung Berhijab Dilarang Masuk

Apalagi berdasarkan data dari Konsulat Jenderal RI di Sabah, sebut Ratih, diaspora Indonesia di Sabah mencapai lebih dari 123 ribu orang dan 23 ribu diantaranya adalah usia sekolah.

Mayoritas diaspora Indonesia ini bekerja di ladang perkebunan sawit yang seringkali berada jauh dari akses pendidikan. Sehingga, timnya ingin ikut memperkenalkan dan menumbuhkan rasa cinta tanah air.

“Lebih khusus bagi anak-anak asal Indonesia, salah satunya melalui wayang kulit, meski saat ini mereka berada di luar negeri,” tandas Ratih.

Baca Juga: Pelaku begal payudara di Ngemplak Sleman ditangkap polisi

Ditambahkan, guna memastikan setiap warga Indonesia memiliki akses terhadap pendidikan, Pemerintah Indonesia melalui SIKK, yang menurut Kepala SIKK, Sahyuddin, S.Pd, MA mengelola lebih dari 220 Community Learning Center (CLC).

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Husein Effendi

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X